Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Resesi, Ekspor Batu Bara, Karet, hingga Nikel dari RI Bisa "Terpukul"

Kompas.com - 17/02/2024, 07:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kinerja ekspor Indonesia diyakini bisa terdampak besar usai Jepang resmi masuk jurang resesi. Lantaran, Jepang merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-4 Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, kepada Kompas.com, Jumat (16/2/2024), merespons kondisi ekonomi Jepang terkini.

Jepang sendiri, kata Bhima, adalah negara mitra dagang utama Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS), menyebutkan tingginya ekspor RI ke Jepang.

Baca juga: Walau Jepang Resesi, Pasar Sahamnya Tetap Hijau

Pada Januari lalu, nilai ekspor Indonesia ke Negeri Sakura mencapai 1,46 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 22,78 triliun.

"Jadi situasi resesi yang ada di Jepang bisa berpengaruh cukup besar bagi kinerja ekspor Indonesia, karena Jepang adalah negara mitra dagang tradisional," ujar Bhima.

Masih dari data BPS, nilai ekspor Indonesia ke Jepang sebenarnya telah turun signifikan pada Januari lalu. Tercatat nilai ekspor Indonesia ke Jepang ambles 22,73 persen secara tahunan dari nilai ekspor 1,89 miliar dollar AS atau setara Rp 29,49 triliun pada Januari 2023.

Baca juga: Jepang Resesi, Indonesia Cari Negara Tujuan Ekspor Baru

Komoditas ekspor RI yang bakal "terpukul"

Bhima memaparkan, sejumlah komoditas utama ekspor nasional yang bakal terdampak oleh resesi Jepang ialah batu bara, komponen elektrik, nikel, perhiasan, barang-barang dari kayu dan turunannya, karet, hingga perikanan.

"Ini daftar barang yang akan terdampak, karena nilainya sangat besar dan kondisi domestik di Jepang semakin diperburuk oleh demografi yang semakin besar usia non produk atau lansianya sehingga berpengaruh terhadap konsumsi," tutur Bhima.

Baca juga: Jepang Resmi Alami Resesi Ekonomi, Ini Penyebabnya

Pemerintah harus cari mitra dagang baru

Lantas, apa yang harus dilakukan jika ekspor ke Jepang "terpukul"?

Bhima menilai, pemerintah perlu segera memutar otak, dengan mencari mitra dagang alternatif.

Dengan demikian, komoditas yang tidak terserap oleh Jepang dapat dialihkan ke negara lain.

"Tentu ini membutuhkan intelligence pasar untuk membaca peluang dan fasilitas pertemuan dengan calon buyer atau pembeli potensial di negara alternatif," ucapnya.

Baca juga: Susul Jepang, Inggris Masuk ke Jurang Resesi

Pertanda resesi Jepang

Sebagai informasi, ekonomi Jepang masuk ke dalam resesi teknis. Data pemerintah Jepang menunjukkan, perekonomian Tokyo mengalami kontraksi tak terduga pada periode Oktober-Desember 2023.

Resesi teknis terjadi karena Jepang telah mencatat penurunan berturut-turut pada produk domestik bruto (PDB) secara kuartalan yang kedua. Dengan begitu, Jepang dinyatakan terjerumus ke dalam resesi teknis.

Untuk diketahui, salah satu pertanda masuknya suatu negara ke dalam resesi ialah adanya penurunan aktivitas perekonomian, sehingga dari sisi permintaan pun melemah.

Hal ini yang kemudian akan membuat pelemahan ekonomi Jepang berdampak ke Indonesia.

(Tim Redaksi: Rully R. Ramli, Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com