Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos BEI Enggan "Buru-buru" Loloskan IPO, Khawatir Emiten yang Baru "Listing" Digugat PKPU

Kompas.com - 23/02/2024, 09:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengaku pihaknya tidak terburu-buru dalam meloloskan perusahaan untuk melakukan pencatatan perdana saham atau IPO di BEI.

Ini dilakukan guna lebih mendorong kualitas perushaan tercatat dan keberlanjutan perusahaan. Ia khawatir jika 2-3 tahun tercatat di BEI emiten baru tersebut mengalami gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).

“Bagi kami yang penting sustainability. Kami tidak hanya bicara soal historikal soal pendapatan, tapi bisnis modelnya sustain apa tidak. Saya selalu bilang, satu hal yang berat bagi kita kalau 2-3 tahun listing, lalu PKPU,” kata Iman di Jakarta, Kamis (22/2/2024).

Baca juga: BEI: Pemilu Satu Putaran Tidak Berpengaruh pada Kenaikan Jumlah Investor

Iman bilang, pihaknya menekankan agar IPO lebih kepada kualitas dan keberlanjutannya. Dia bilang, saat perusahaan melakukan registrasi tentu harus dilakukan pemeriksaan mendalam, dan belum tentu semuanya lolos.

“Ada yang kami mintai perbaikan, ada yang kita tolak juga. Ini kami enggak semua terima,” lanjut dia.

Walau demikian, Iman tak bisa memastikan bahwa perusahaan-perusahaan yang telah IPO dapat terus concern terhadap keberlanjutan. Sementara soal harga saham yang langsung menurun signifikan, Iman mengatakan hal tersebut bergantung pada supply dan demand.

“Bayangkan dalam waktu yang pendek kami harus mereview jumlah perushaaan yang akan IPO. Di sini juga ada tantangannya, kalau ‘kuning’ harus diperdalam, kalau ‘hijau’ ya silahkan lanjut,” ujarnya.

Baca juga: 13 Perusahaan IPO Sejak Awal 2024, Raup Dana Rp 3 Triliun

Isu saham turun usai IPO

Iman mengungkapkan, isu-isu seperti harga saham yang turun tajam usai perusahaan melantai di BEI tentu hal tersebut merupakan menanisme pasar. Tapi, investor juga dapat melihat, perusahaan tersebut tercatat di papan apa, misalnya.

“Lebih spesifik, misalnya, kok semua saham jadi gocap setelah dua tahun IPO? Ya itu perusahaan tercatat di papan mana?” jelasnya.

“Kan kita juga ‘dipesankan’ untuk meng-IPO-kan bukan hanya perusahaan besar, tapi juga ada papan akselerasi. Kita lihat emiten di papan akselerasi revenue-nya naik. Paling enggak, pendapatnnya mulai tumbuh (pasca IPO). Tapi, ternyata berbanding terbalik dengan harganya sahamya. Ini yang harus di kaji,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com