JAKARTA, KOMPAS.com - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor komoditas kelapa sawit cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini disebabkan meningkatnya konsumsi dalam negeri.
Peningkatan konsumsi terjadi seiring digunakannya komoditas sawit untuk pangan, biodiesel, dan oleochemical.
"Volume ekspor mengalami penurunan terutama karena meningkatnya kebutuhan dalam negeri dan ada pelemahan global yang mempengaruhi," ujar Ketua Umum Gapki Eddy Martono dalam konferensi pers di Ayana Midplaza, Jakarta, Selasa (27/2/2024).
Baca juga: Dukung Program PSR, AHY Pastikan Legalisasi Aset Petani Sawit
Pada 2019 nilai ekspornya mencapai 37,02 juta ton, lalu di 2020 menjadi sebesar 33,56 juta ton, 2021 sebesar 33,12 juta ton, 2022 sebesar 33,15 juta ton, serta di 2023 mencapai 32,21 juta ton di 2023.
Secara persentase, realisasi ekspor CPO dan PKO di 2023 tersebut turun 2,38 persen dari ekspor di 2022.
Sementara itu, konsumsi dalam negeri menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2021, konsumsi produk sawit sebesar 18,42 juta, lalu naik menjadi 21,14 juta di 2022.
Baca juga: Pakai Skema Tumpang Sari, Pengusaha Sawit Diminta Pemerintah Bantu Tanam Padi
Kemudian terjadi kenaikan konsumsi lagi 8,9 persen menjadi sebanyak 23,13 juta ton di 2023.
"Konsumsi domestik sekarang sekitar 40 sampai 50 persen dari produksi minyak sawit. Konsumsi kita naik terus, sudah hampir ke angka 50 persen," kata Eddy.