Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Tradisional, Ekonomi Indonesia Justru Tahan Banting

Kompas.com - 01/03/2024, 10:12 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Ekonomi Indonesia dinilai memiliki ketahanan dari gempuran ketidakpastian global, justru karena sifatnya yang tradisional. Ekonomi Indonesia dinilai tidak memiliki banyak ketergantungan dengan kondisi ekonomi global karena memiliki konsumsi rumah tangga yang kuat.

Ekonom sekaligus Pendiri Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Hendri Saparini menjelaskan, Indonesia memiliki sistem ekonomi yang cenderung tradisional.

"Walaupun terjadi gonjang-ganjing di luar (negeri), kenapa ekonomi kita masih bisa sustain, karena ekonomi kita masih tradisional," kata dia dalam Media Workshop Hilirisasi Pada Sektor Industri Kimia dan Peran Sektor Infrastruktur, Kamis (29/1/2024).

Baca juga: Menurut CT, Ini 4 Tantangan Ekonomi Indonesia Tahun Ini

Ia menambahkan, kondisi tersebut kontras ketika dibandingkan dengan dua negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia. Ekonomi Singapura sangat tergantung dengan negara lain. Sementara, ekonomi Malaysia memiliki porsi perdagangan internasional dan investasi lebih dari separuh ekonomi nasional.

"Tapi di Indonesia, 75-80 persen ekonomi Indonesia itu tergantung pada konsumsi domestik oleh swasta dan konsumsi pemerintah lewat APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)," imbuh dia.

Dengan demikian, Hendri bilang, Indonesia memiliki ruang yang cukup luas untuk dapat mengembangkan ekonomi pada 2024.

Namun begitu, Indonesia juga tak lepas dari tantangan ekonomi. Penurunan harga komoditas, dipicu perlambatan ekonomi global yang membuat permintaan secara volume jadi turun.

Di sisi lain, surplus perdagangan Indonesia terhadap negara lain terus menipis. Hal ini disebabkan karena impor Indonesia belum tumbuh normal, imbas dari industri yang belum pulih.

"Sehingga ekspor melemah, tetapi impornya belum kembali, jadi Indonesia masih surplus dagang. Ini yang masih menjadi masalah bagi kita," ujar dia.

Baca juga: Menurut CT, Ini 4 Tantangan Ekonomi Indonesia Tahun Ini

Untuk itu, ia berharap ekspor dapat terus tumbuh ke depannya. Pasalnya, ketika ekonomi domestik telah kembali ke jalur pertumbuhan, peningkatan impor dapat mengganggu surplus perdagangan.

Belum lagi, saat ini ekspor Indonesia semakin bergantung pada produk-produk turunan tambang. Selain itu, Indonesia juga cenderung hanya bergantung pada satu negara tujuan ekspor.

"Kalau diversifikasi ini tidak dikembangkan, ini akan jadi masalah untuk kita, karena ketika terjadi masalah di satu negara, itu tidak kemudian terganggu kalau kita mengekspor produk lain ke negara yang lebih beragam," tandas dia.

Sebagai informasi, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 mampu mencapai 5 persen.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada 2024 diproyeksikan ada di kisaran 4,9 sampai 5 persen.

Baca juga: Bank Dunia: Kami Memproyeksi Ekonomi Indonesia Sedikit Melambat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com