Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pinandita Dewisari
Karyawan BUMN

Penulis merupakan Mahasiswa Doktoral Teknik Industri UGM dan Assistant Vice President - Senior SME Risk Manager Bank Mandiri

Stereotipe Penilaian Kredit Perbankan

Kompas.com - 19/03/2024, 13:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM keseharian, seringkali kita memberikan penilaian kepada seseorang atau kelompok tertentu berdasarkan penampilan atau apa yang tampak dari luar.

Apa yang terlintas pertama kali bila kita melihat lelaki berbadan besar dan bertato di seluruh badan? Ya, pasti kita akan berfikir orang tersebut gengster atau preman. Reaksi awal yang kita lakukan mungkin akan menjauh dari orang tersebut.

Atau, misalnya, kita melihat anak kecil dengan pakaian lusuh menangis sendirian di pinggir jalan. Tentu kita akan merasa iba dan kasihan pada anak tersebut.

Apakah hal serupa juga terjadi pada saat penilaian pemberian kredit perbankan, yang sebenarnya prosedur evaluasi pemberian kredit telah diatur secara ketat dan dengan kriteria penilaian yang jelas?

Kami melakukan riset pilot study kepada tiga kelompok pemegang kewenangan pemutus kredit segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM), selanjutnya disebut responden komite kredit.

Riset tersebut menggunakan metode eksperimen berupa simulasi rapat komite kredit di mana keputusan yang diambil apakah proposal kredit tersebut disetujui atau tidak.

Proposal kredit yang dibahas dalam rapat diberi stimulus berupa kecenderungan etnis yang dihindari berdasarkan stereotipe yang berkembang pada daerah tersebut.

Pada proposal kredit yang sebenarnya, latar belakang calon peminjam merupakan etnis yang netral dan bukan merupakan etnis yang dihindari. Sebenarnya, proposal kredit disetujui dan mendapatkan pinjaman bank.

Pada pelaksanaan eksperimen, responden komite kredit mendiskusikan proposal yang diberi stimulus berupa kecenderungan etnis yang dihindari selama kurang lebih satu jam termasuk pemaparan.

Hasilnya, dua dari tiga eksperimen menolak memberikan kredit kepada calon debitur dengan latar belakang etnis yang dihindari.

Selain evaluasi bisnis dan kinerja keuangan, alasan stereotipe juga mendominasi. Hal ini membuktikan bahwa stereotipe dapat membuat bias pada pengambilan keputusan kredit.

Kredit yang harusnya disetujui, tetapi ditolak karena terdapat kecenderungan pemutus kredit untuk tidak memberikan persetujuan yang disebabkan oleh latar belakang calon peminjam berupa etnis yang dihindari. Hal ini menyebabkan keputusan kredit menjadi tidak akurat.

Ketidak-akuratan dalam pengambilan keputusan kredit perbankan disebabkan masih banyaknya bankir yang cenderung mengambil keputusan secara bias dalam analisis risikonya.

Bias merupakan kesalahan yang sistematis dan dapat menyebabkan kecacatan perencanaan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan usaha serta potensi bank kehilangan keuntungan.

Seorang bankir yang memiliki kecenderungan bias perilaku/kognitif, menjadi tidak objektif saat membuat keputusan kredit.

Bias kognitif yang dimiliki seorang bankir dapat memengaruhi pertimbangan, pandangan, dan pola pikirnya dalam mengambil keputusan, apakah suatu proposal kredit diterima atau ditolak.

Bias dalam pengambilan kredit, salah satunya stereotipe harus dapat diminimalkan untuk mendukung keberhasilan pemberian kredit dan memberikan kontribusi pada profitabilitas bank.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com