Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wasiaturrahma
Guru Besar di FEB Universitas Airlangga

Pengamat Moneter dan Perbankan, Aktif menulis beberapa buku, Nara sumber di Radio dan Telivisi ,seminar nasional dan internasional juga sebagai peneliti

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Kompas.com - 10/05/2024, 13:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

CADANGAN devisa Indonesia berpotensi mengalami penurunan seiring situasi geopolitik di Timur Tengah yang masih mengalami eskalasi dan dinilai akan tetap berisiko menekan nilai tukar rupiah.

Tren penurunan cadangan devisa pada periode ini, yaitu April 2024 mencapai kisaran 136 miliar dollar AS hingga 138 miliar dollar AS.

Salah satunya dipengaruhi aliran keluar modal asing atau outflows yang meningkat dari Indonesia di tengah tingginya ketidakpastian global.

Komoditas Indonesia perputarannya luar biasa dan bisa dikatakan sangat berjaya, karena ekonomi Indonesia sejatinya hanya didorong oleh tingginya harga komoditas.

Namun cadangan devisa kita cenderung stagnan. Stagnannya cadangan devisa kita ternyata karena big corporate nonbank pada umumnya bermain dollar currency.

Sedangkan rupiah hanya digunakan untuk biaya operasional. Jika dana itu diparkir di luar negeri, maka hal ini di luar jangkauan Bank Indonesia.

Selain itu, Consumer Price Index (CPI) inti Amerika Serikat melampaui perkiraan. Perekonomian tumbuh lebih cepat dari perkiraan, pasar tenaga kerja masih cukup ketat di tengah kondisi keuangan yang longgar.

Peluang The Fed untuk kembali menaikkan FFR pada Juni mungkin lebih tinggi dibandingkan sebaliknya. Sedangkan Rupiah masih mungkin tertekan enam bulan kedepan.

Setiap negara dihadapkan pada Trilemma atau Impossible Trinity. Jika kita mau nilai tukar stabil, kebijakan moneter tidak boleh independen karena harus menjaga stabilitas nilai tukar dengan suku bunga dan intervensi.

Jika mau kebijakan moneter kita independen, maka tidak bisa free capital flows dan sulit menstatabilkan nilai tukar apalagi harus fixed.

Jika kita mau free capital flows, kita tidak bisa fixed nilai tukar dan kebijakan moneter tidak bisa independen.

Perdebatan ekonomi biasanya meremehkan sifat intervensi valuta asing Bank Sentral yang bersifat smoothing nature, menghubungkannya dengan motif kehati-hatian, dengan tujuan menjaga nilai tukar tetap di bawah nilai ambang atas.

Karena alasan merkantilis, yaitu termasuk kebijakan ekonomi nasional yang bertujuan mengumpulkan cadangan moneter melalui keseimbangan perdagangan positif, terutama barang dan jasa.

Merkantilis adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa kemakmuran suatu negara ditentukan jumlah penanaman modal atau aset yang dimilikinya dan ukuran perdagangan luar negerinya.

Namun terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa intervensi terutama ditujukan untuk membatasi apa yang dianggap oleh para pembuat kebijakan sebagai penyimpangan yang tidak beralasan (dan mungkin merugikan) dari tingkat keseimbangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com