Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Sempat Melemah Lagi ke Rp 16.000, Gubernur BI: Enggak Usah Kaget, Enggak Usah Bingung..

Kompas.com - 22/05/2024, 18:39 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sempat kembali menyentuh level Rp 16.000 per dollar AS. Ini terjadi di tengah tren penguatan rupiah yang telah meninggalkan level Rp 16.000 dollar AS pada pekan lalu.

Namun demikian, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tidak ambil pusing. Menurut dia, fluktuasi nilai tukar mata uang merupakan suatu hal yang wajar terjadi.

Adapun sampai dengan saat ini, pergerakan nilai tukar rupiah sudah sesuai dengan ekspektasi BI. Bahkan, kurs rupiah saat ini jauh lebih baik dari perhitungan bank sentral sebelumnya.

Baca juga: IHSG Awal Sesi Fluktuatif, Rupiah Melemah Tembus Level Rp 16.033

Pada pengujung April lalu, BI memprediksi, nilai tukar rupiah baru bisa menyentuh level Rp 16.000 per dollar AS pada kuartal III-2024. Kemudian, rupiah baru bisa berada di bawah Rp 16.000 per dollar AS pada kuartal terakhir tahun ini.

"Enggak usah kaget, enggak usah bingung (nilai tukar rupiah ) Rp 15.990, Alhamdulillah, yang penting stabil ya di sekitar Rp 16.000, bahkan menuju Rp 15.900, dan seterusnya," kata Perry, dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (22/5/2024).

"Dari hari ke hari ya nilai tukar naik turun, naik turun, tapi secara keseluruhan Bank Indonesia melihat rupiah stabli dan akan cenderung menguat," sambungnya.

Optimisme Perry itu didukung oleh sejumlah faktor. Pertama, kembali masuknya aliran investasi portofolio asing ke pasar keuangan RI.

Kemudian, imbal hasil atau yield obligasi pemerintah yang kian menarik, seiring dengan keputusan BI untuk mengerek suku bunga acuan pada April lalu. Faktor ketiga, prospek ekonomi nasional yang tetap positif.

"Keempat komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," ujar Perry.

Lebih lanjut Perry melaporkan, sampai dengan 21 Mei lalu, nilai tukar rupiah sebenarnya telah menguat secara bulanan (point to point/ptp) yakni sebesar 1,66 persen. Ini lebih baik dari April lalu yang mengalami depresiasi sebesar 2,49 persen secara ptp.

Sementara itu, jika dilihat secara tahun kalender (year to date/ytd), nilai tukar rupiah masih terdepresiasi sebesar 3,74 persen. Depresiasi itu sebenarnya lebih rendah jika dibanding dengan mata uang negara lain, seperti peso Filipina, won Korea Selatan, dan baht Thailand, yang masing-masing melemah sebesar 4,91 persen, 5,52 persen, dan 5,99 persen.

"Ke depan nilai tukar rupiah diperkirakan stabil dengan kecenderungan menguat didorong oleh imbal hasil yang menarik," ucap Perry.

Baca juga: Kondisi Perekonomian Global Membaik, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Simak 10 Tips Investasi di Pasar Modal bagi Pemula

Simak 10 Tips Investasi di Pasar Modal bagi Pemula

Earn Smart
Pantau Dampak Pelemahan Rupiah, Kemenhub: Belum Ada Maskapai yang Mengeluh

Pantau Dampak Pelemahan Rupiah, Kemenhub: Belum Ada Maskapai yang Mengeluh

Whats New
Cara Cek Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Aktif atau Tidak

Cara Cek Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Aktif atau Tidak

Whats New
Pengamat: Starlink Harusnya Jadi Penyedia Akses bagi Operator Telekomunikasi...

Pengamat: Starlink Harusnya Jadi Penyedia Akses bagi Operator Telekomunikasi...

Whats New
Studi Ungkap 20 Persen Karyawan di Dunia Mengalami Kesepian, Ini Cara Mengatasinya

Studi Ungkap 20 Persen Karyawan di Dunia Mengalami Kesepian, Ini Cara Mengatasinya

Work Smart
PGN Sebut Penjualan Gas Bumi di Jawa Barat Mencapai 45 BBTUD

PGN Sebut Penjualan Gas Bumi di Jawa Barat Mencapai 45 BBTUD

Whats New
Kemenhub dan US Coast Guard Jajaki Peluang Kerja Sama Pengembangan SDM KPLP

Kemenhub dan US Coast Guard Jajaki Peluang Kerja Sama Pengembangan SDM KPLP

Whats New
Indonesia Disebut Berpotensi Jadi Pemimpin Produsen Hidrogen Regional, Ini Alasannya

Indonesia Disebut Berpotensi Jadi Pemimpin Produsen Hidrogen Regional, Ini Alasannya

Whats New
Kuota BBM Subsidi 2025 Diusulkan Naik Jadi 19,99 Juta KL

Kuota BBM Subsidi 2025 Diusulkan Naik Jadi 19,99 Juta KL

Whats New
Bos Superbank Akui Selektif  Jalin Kerja Sama Pembiayaan Lewat 'Fintech Lending'

Bos Superbank Akui Selektif Jalin Kerja Sama Pembiayaan Lewat "Fintech Lending"

Whats New
Sambangi Korsel, Pertamina Gas Jajaki Peluang Bisnis Jangka Panjang LNG Hub

Sambangi Korsel, Pertamina Gas Jajaki Peluang Bisnis Jangka Panjang LNG Hub

Whats New
Kata Sandiaga soal Banyaknya Keluhan Tiket Pesawat yang Mahal

Kata Sandiaga soal Banyaknya Keluhan Tiket Pesawat yang Mahal

Whats New
Elpiji 3 Kg Direncanakan Tak Lagi Bebas Dibeli di 2027

Elpiji 3 Kg Direncanakan Tak Lagi Bebas Dibeli di 2027

Whats New
Blibli Catat Penjualan 1.000 Motor Yamaha NMAX Turbo dalam 40 Menit

Blibli Catat Penjualan 1.000 Motor Yamaha NMAX Turbo dalam 40 Menit

Whats New
Bos Pupuk Indonesia: Produksi Padi akan Turun 5,1 Juta Ton jika Program HGBT Tak Dilanjutkan

Bos Pupuk Indonesia: Produksi Padi akan Turun 5,1 Juta Ton jika Program HGBT Tak Dilanjutkan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com