Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Agar Akurat, Kementan Minta Daerah Gunakan Aplikasi untuk Data Luas Luar Baku Tanaman

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mengatakan yang masuk kategori di luar luas baku adalah kategori lahan bukan sawah, seperti di bawah tegakan kelapa, di lahan areal hutan maupun lahan integrasi dengan sawit.

"Di Sumatera Selatan (Sumsel) masih banyak pertanaman yang belum ter-cover dalam pendataan spasial sehingga sering terjadi selisih perhitungan luas tambah tanam," ucap Suwandi saat memberikan sambutan di Rakor Luas Tambah Tanam di Kota Palembang, Selasa (27/8/2019), seperti dalam keterangan tertulisnya.

Untuk itu, Suwandi meminta para petani buat belajar menggunakan aplikasi pencatatan standingcrop agar data yang didapat lebih akurat dan valid. 

Perlu diketahui, aplikasi berbasis mobile ini adalah penyempurnaan aplikasi yang pernah dibuat oleh Kementan. Pengguna cukup mengunduh di Playstore. 

Di tempat yang sama, Kepala Bidang Data Non Komoditas, Pusat Data dan Sistem Informasi Kementan, Luthful Hakim memberikan pelatihan singkat penggunaan aplikasi tersebut.

"Dengan adanya aplikasi ini memudahkan instansi terkait seperti Kementan, Dinas Pertanian, Kementerian ATR/BPN, BPS bisa mudah melakukan cross cek data, sehingga meminimalisir perbedaan data di Provinsi Sumsel," kata dia

Upaya mitigasi 

Tak cuma menggunakan aplikasi, Suwandi menjelaskan Kementan sendiri telah mengupayakan langkah antisipasi atau mitigasi untuk memasuki puncak musim kemarau. 

Diantaranya dengan melakukan  pipanisasi, pompanisasi dan percepatan tanam padi gogo sawah melalui sistem tabur benih langsung (TABELA) untuk daerah potensial, serta mengoptimalkan tanam padi di lahan rawa.

"Di musim kemarau ini kami harus mengoptimalkan potensi lahan rawa lebak, khususnya wilayah yang belum mendapatkan bantuan program Serasi. Karena kami ingin optimalkan di lahan rawa ini untuk menambah luas tanam," ucap Suwandi.

Menurut Suwandi, rawa yang biasanya airnya tinggi, maka pada musim kemarau airnya surut. Dengan begitu, sekarang merupakan saat yang tepat untuk petani menanam di rawa.

Tentunya, sambungnya, Kementan akan berkomitmen memberikan bantuan. Untuk itu,  setiap Kepala Dinas yang hadir dalam rakor tersebut diminta segera mendata Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL).

"Agar segera diusulkan, kami akan bantu benihnya segera dan juga siapkan Brigade Alsintan jika memang dibutuhkan untuk mempercepat pertanaman,” ujar Suwandi.

Perlu diketahui, berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Sumsel, potensi lahan rawa di provinsi ini sebesar 200.000 hektar dan sudah ditanami 167.000 hektar. Artinya masih ada potensi lahan rawa yang bisa digenjot lagi.

https://money.kompas.com/read/2019/08/27/154052226/agar-akurat-kementan-minta-daerah-gunakan-aplikasi-untuk-data-luas-luar-baku

Terkini Lainnya

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke