Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ada Virus Corona, Penjualan Produk Sanitasi di E-commerce Terus Naik

JAKARTA, KOMPAS.com - Munculnya kasus positif virus corona di Indonesia memicu fenomena panic buying alias panik belanja di tengah-tengah masyarakat.

Masyarakat memborong berbagai bahan makanan dan keperluan sehari-hari yang menyebabkan kekosongan stok pada bahan pokok seperti beras, minyak goreng hingga produk pembersih tangan. Produk-produk tersebut pun kerap kosong di toko swalayan.

Fenomena panic buying ini tidak hanya terjadi pada pasar offline, namun juga pasar online, seperti situs penjualan resmi, marketplace, dan social commerce.

Berdasarkan data perusahaan e-commerce enabler SIRCLO dalam laporannya, Kamis (2/4/2020), peningkatan angka belanja online yang signifikan terjadi di Indonesia sejak akhir Januari 2020 ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan Covid-19 dalam status darurat kesehatan global.

Produk kesehatan dan sanitasi seperti hand sanitizer, sabun tangan, tisu basah, dan vitamin mengalami kenaikan pembelian yang paling tinggi di bulan Februari.

Empat produk yang dicantumkan di atas mengalami lonjakan pembelian lebih dari 100 persen dibandingkan penjualan bulan-bulan sebelumnya.

Pada Februari 2020, produk sanitasi tangan mengalami peningkatan pembelian tertinggi, sebesar 531 persen.

Produk sabun tangan mengalami peningkatan 304 persen. Kemudian disusul produk tisu basah dengan peningkatan 227 persen, serta produk kesehatan dan suplai vitamin yang penjualannya meningkat 210 persen.

Pembatasan aktivitas di luar rumah dan kebijakan kerja dari rumah pun semakin mendorong perpindahan lalu lintas pembelian barang kebutuhan dari toko offline ke toko online.


Ini terlihat dari meningkatnya jumlah pengunjung situs dan peningkatan penjualan online.

Setelah pengumuman dua kasus pertama virus corona di Indonesia, berbagai official store dari brand sanitasi yang dikelola kami mengalami peningkatan traffic sebesar 4 kali lipat dibandingkan minggu sebelumnya.

“Seiring dengan himbauan pembatasan fisik, toko online dapat terus mengalami lonjakan pengunjung dengan penjualan yang lebih tinggi lagi. Menurut data penjualan brands yang kami fasilitasi melalui marketplace, empat kategori produk sanitasi yang mengalami lonjakan permintaan dan penjualan masih menempati posisi teratas pada bulan Maret," kata CEO dan Co-founder SIRCLO, Brian Marshal.

Menurut Brian, hingga minggu ketiga Maret 2020, penjualan hand sanitizer mengalami peningkatan sebesar 585 persen.

Sabun cuci tangan mengalami peningkatan penjualan 355 persen dan produk vitamin mengalami peningkatan sebesar 242 persen.

Di samping itu, peningkatan penjualan tertinggi terjadi pada produk tisu basah, sebesar 587 persen.

Berdasarkan data penjualan yang ada, tim SIRCLO memprediksi, di antara 4 produk high-demand ini, tisu basah akan mengalami peningkatan tertinggi dalam waktu mendatang, sebesar 719,63 persen.

Tak hanya itu, penjualan produk sanitasi tangan juga diprediksi akan melonjak 640,95 persen, diikuti oleh peningkatan penjualan oleh produk sabun tangan sebesar 440,26 persen, serta produk vitamin sebesar 308,72 persen.

“Selama pandemi belum berakhir, masyarakat akan terus melakukan pembatasan fisik dan semakin bergantung pada toko online untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Dengan demikian, faktor keberadaan digital atau online presence menjadi aspek bisnis yang lebih signifikan ke depannya," terang Brian.

"Sekarang merupakan saatnya para brand untuk meningkatkan online presence, agar tetap bisa memberikan nilai yang maksimal bagi para pelanggan,” imbuhnya.

https://money.kompas.com/read/2020/04/02/151827726/ada-virus-corona-penjualan-produk-sanitasi-di-e-commerce-terus-naik

Terkini Lainnya

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Whats New
Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Whats New
Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Whats New
Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Whats New
Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Whats New
Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Whats New
Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Whats New
Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke