Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mao Zedong dan Pengalaman Kelam Penerapan Ekonomi Komunis China

JAKARTA, KOMPAS.com - Isu kebangkitan komunisme di Indonesia selalu jadi perdebatan. Fenomena kembali munculnya Partai Komunis Indonesia (PKI) seringkali semakin menguat setiap menjelang 30 September.

Padahal, gerakan komunis di Indonesia sudah diberangus di era Orde Baru. Alasan pemerintah saat itu, PKI dianggap jadi dalang percobaan kudeta serta ideologinya yang dinilai tak sesuai dengan Pancasila.

Selain dikaitkan dengan politik, komunisme juga berkaitan dengan erat dengan sistem ekonomi yang dijalankan negara. Lalu apa sebenarnya sistem ekonomi sosialis-komunis dan bagaimana penerapannya?

Sebenarnya tak ada cetak biru yang disepakati seluruh negara komunis di dunia bagaimana sistem ekonomi sosialis-komunis seharusnya diterapkan.

Setiap negara yang masih menganggap diri sebagai pemerintahan komunis saat ini seperti Kuba, China, atau Korea Utara, memiliki penafsiran yang berbeda-beda bagaimana seharusnya ekonomi berasaskan komunisme dan sosialisme dijalankan.

China contohnya. Negara ini bisa dikatakan merupakan negara yang benar-benar menerapkan ekonomi proletar di periode awal atau di era Mao Zedong berkuasa. 

Mengutip "The Economy of Communist China 1949-1969" karangan Cheng Chu-yuan, kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah China saat ini sudah jauh berbeda dengan apa yang diterapkan oleh Mao Zedong, presiden pertama RRC sekaligus peletak dasar komunisme di China.

Setelah menyingkirkan nasionalis Kuomintang dan memproklamirkan RRC pada 1 Oktober 1949, Mao langsung menerapkan kebijakan ekonomi yang berasaskan sosialisme-komunisme. Di mana prinsipnya, hampir semua tanah dan fasilitas produksi adalah milik negara.

Tanah milik negara

Di periode awal, Mao yang juga Ketua Umum Partai Komunis China (PKC) meluncurkan kebijakan yang dikenal dengan Gerakan Seratus Bunga, Gerakan Lompatan Jauh, dan memperkenalkan Revolusi Kebudayaan.

Mao ingin menciptakan ekonomi China yang makmur dengan menggabungkan ide-ide ekonomi proletar dari Karl Marx, Lenin, dan Stalin.

Pandangan yang terkenal dengan nama Maoisme itu pada dasarnya membawa Cina menjadi negara komunis gaya baru. Berbeda dengan ajaran revolusi Karl Marx yang menekankan kaum proletariat sebagai penggerak revolusi. Menurut versi Mao, pergerakan revolusi sejatinya berasal dari kaum petani, bukan kaum pekerja. 

Mao lantas membagi kebijakan ekonominya dalam dua periode. Pertama program industrialisasi tahun 1949-1957 dengan mengalihkan banyak sumber daya di sektor pertanian menuju industrialisasi. Baru kemudian sepenuhnya menjadi negara industri maju yang didukung pertanian yang kuat.

Langkah pertama yang diambil Mao yakni mencanangkan kebijakan landreform law dengan mengeluarkan Hukum Penertiban Tanah, di mana pemerintah China membagi penduduk pedesaan dalam 4 kelompok antara lain tuan tanah (pemilik banyak tanah tapi tidak menggarap sendiri).

Kelompok kedua yakni petani kaya (pemilik tanah namun tak sebanyak petani tuan tanah). Lalu kelompok ketiga yakni petani menengah bagi petani pemilik tanah yang menggarap tanahnya sendiri, dan keempat petani miskin yang tidak memiliki tanah sama ssekali.

Pada periode tahun 1950, semua tanah disita untuk negara untuk kemudian dibagikan secara merata kepada petani penggarap. Untuk merealisasikannya, kader-kader PKC disebar di pedesaan untuk mendata pembagian tanah.

Bagi pemilik tanah yang enggan melepaskan tanahnya, akan dicap sebagai pembangkang. Tak sedikit tuan tanah dan keluarganya yang mengalami kekerasan hingga pembunuhan selama periode Revolusi Kebudayaan.

Lompatan Jauh dan kelaparan

Sementara itu, mengutip Buku "Republik Rakyat China 1949-Sekarang" yang ditulis Michael Wicaksono, tujuan Mao meluncurkan Lompatan Jauh ke Depan melalui industrialisasi tak lain untuk menyamai negara-negara kapitalis. Program industrialisasi harus dicapai dalam 10 tahun.

Para petani dikirim ke pusat-pusat industri untuk bekerja di sana untuk meningkatkan kapasitas produksi, terutama industri baja dan industri berat lainnya.

Namun upaya Mao Zedong tersebut justru berbuah petaka. Bukannya membuat ekonomi China membaik pasca-perang sipil dan penjajahan Jepang, kebijakan ekonomi Lompatan Jauh ke Depan ini justru membuat rakyat kelaparan.

Penyebabnya tak lain karena banyak lahan pertanian yang tidak tergarap karena petani penggarap dipaksa bekerja di pabrik. Awalnya, para petinggi PKC mengira kalau program tersebut berjalan baik-baik saja.

Pengetasan kelaparan sebenarnya sudah dilakukan pemerintah dengan membentuk banyak kantin-kantin komune di pedesaan, namun upaya tersebut tak efektif. Pemerintah RRC baru menyadari kegagalan ketika negara sudah terlanjur dilanda kelaparan parah.

Membasmi burung pipit

Selain berkurangnya petani, banyak kebijakan lain yang berkontribusi pada kekurangan pangan. Salah satunya kebijakan perburuan burung pipit di seluruh negeri.

Mao Zedong memiliki cara ekstrem untuk menangani krisis pangan yang pernah melanda Negeri Tirai Bambu pada 1958. Dia memerintahkan pemusnahan burung gereja.

Ia menganggap bahwa burung gereja merupakan hama. Mao menilai, burung yang dikenal juga sebagai burung pipit itu terlalu banyak memakan gandum dan membuat warga China kelaparan.

Masalah justru muncul kemudian. Ketiadaan buruk pipit sebagai predator alami, membuat hama seperti belalang mengalami ledakan populasi.

Bencana kelaparan membuat posisi Mao di PKC terancam. Mao kemudian terpaksa mundur dari jabatannya setelah China dilanda kelaparan besar. Kebijakan Lompatan Jauh kemudian dilanjutkan oleh penggantinya Liu Shaoqi yang lebih cenderung lebih moderat.

Deng Xiaoping berkuasa

Di bawah Liu Shiaqi, pemulihan ekonomi mulai menunjukan hasil yang positif. Namun tak berselang lama, situasi politik dan ekonomi negara sempat kembali karut-marut setelah Mao Zedong dan para pendukungnya kembali menggelorakan Revolusi Kebudayaan di tahun 1966.

Gerakan ini menitikberatkan penghormatan nilai-nilai kebangsaan yang bersifat proletar dan sosialis dan menentang semua bentuk kapitalisme.

Di periode inilah banyak ilmuan, pengajar, budayawan, dokter, pengacara, teknisi, dan kaum intelektual lainnya yang dijebloskan ke penjara, bahkan dibunuh karena dituduh sebagai kontra-revolusioner. Akibatnya, China mengalami kekosongan banyak tenaga ahli. 

Kekacauan di China baru mereda saat Deng Xiaoping mengambil alih kekuasaan di PKC. Dia mulai melakukan stabilisasi politik dan ekonomi negara. Perlahan, dia melakukan banyak perbaikan di China.

Berbeda dengan Mao, Deng Xiaoping cenderung pragmatis. Dia bahkan mengadopsi model kapitalisme barat dengan membantu percepatan ekonomi China dengan membangun kawasan ekonomi khusus di Shanghai, Ghuangdong, dan Shenzen.

Belakangan, keberhasilannya pembangunan ekonominya tersebut menjadikan Deng Xiaoping kemudian dikenal sebagai bapak modernisasi China. Sistem ekonomi kapitalisme yang dianut China saat ini tak lain merupakan warisan dari Deng Xiaoping.

https://money.kompas.com/read/2020/09/30/153200626/mao-zedong-dan-pengalaman-kelam-penerapan-ekonomi-komunis-china

Terkini Lainnya

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Whats New
Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Taati Aturan Pemda

Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Taati Aturan Pemda

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke