Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[TREN EDUKASI KOMPASIANA] Membantu Anak Mempersiapkan Kembali ke Sekolah | Mengapa Ujian Bahasa Indonesia Jarang Mendapat 100?

KOMPASIANA---Wacana untuk membuka kembali sekolah dan melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) kembali menjadi diskusi hangat.

Dalamw wacana tersebut orangtua boleh memilih untuk tetap melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau memilih pembelajaran tatam muka (PTM).

Apabila pilihannya adalah untuk PTM, maka sebagai orangtua kita perlu membantu mempersiapkan anak untuk kembali ke sekolah.

Persiapan yang perlu dilakukan antara lain adalah memberi penjelasan mengapa sang anak perlu kembali ke sekolah. Sebab, bukan tidak mungkin ia justru sudah sangat nyaman belajar dari rumah.

Selain soal persiapan anak kembali sekolah, ada juga alasan mengapa ujian bahasa Indonesia sangat jarang mendapat nilai terbaik dan bagaimana kiat mewujudkan kebiasaan membaca pada siswa.

Berikut konten-konten menarik dan populer kategori Edukasi di Kompasiana:

1. Kembali ke Sekolah, Bagaimana Membantu Anak Mempersiapkan Dirinya?

Selain pemahaman anak mengapa ia harus kembali di sekolah, memastikan anak mengerti dan mematuhi protokol kesehatan juga sangat penting.

Memang, saat ini banyak orang dewasa dan guru sudah mendapat vaksinasi, namun tidak untuk anak-anak.

Artinya mereka masih masuk ke dalam kelompok resiko karena belum terproteksi dari dalam tubuhnya sendiri.

Sehingga mereka tetap perlu diingatkan bahwa untuk perlindungan dirinya, sekolah mungkin tidak akan nampak sama.

Dan menggambarkan kemungkinan-kemungkinan akan ada peraturan-peraturan baru atau mungkin ada rutinitas ekstra yang harus mereka lakukan di sekolah turut perlu diberitahukan kepada anak. (Baca selengkapnya)

2. Mengapa Ujian Bahasa Indonesia Jarang Mendapat 100?

Mungkin kalau ditanya ujian sekolah apa yang paling sulit dikerjakan, jawabannya bisa matematika, fisika, atau kimia.

Tapi, sadarkah kita kalau bahasa Indonesia juga sama sulitnya dengan mata pelajaran itu?

Sayangnya, kita pun luput mempersiapkannya. Salah satu alasannya adalah karena bahasa Indonesia itu sendiri, bahasa yang digunakan sehari-hari.

Akibatnya, membuat kita mempelajarinya dengan sungguh-sungguh meski kita tahu materi ujian bahasa Indonesia lebih rumit daripada bahasa sehari-hari. (Baca selengkapnya)

3. Mewujudkan "Reading Habit" pada Siswa, Apa Saja Kiatnya?

Meningkatkan minat baca pada siswa perlu dilakukan berbagai upaya. Perpustakaan yang lengkap dan nyaman pun dinilai tidak cukup.

Perlu sinergi antara sekolah, guru, dan kegiatan. Semisal, kalau guru ingin mendorong pada siswa suka membaca, maka ia harus berusaha menjadikan dirinya contoh yang baik dalam hal ini.

Ia tidak hanya bisa memberi contoh bagaimana membaca. Guru harus menjadi contoh.

Atau juga misalkan membuat beberapa kegiatan untuk merangsang minat baca siswa seperti lomba-lomba yang berkaitan dengan literasi.

Dengan lomba ini, sekolah mendorong para siswa lebih akrab lagi dengan buku. (Baca selengkapnya) (IBS)

https://money.kompas.com/read/2021/04/14/110356726/tren-edukasi-kompasiana-membantu-anak-mempersiapkan-kembali-ke-sekolah-mengapa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke