Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

"Sell in May and Go Away", Mitos atau Fakta?

Dalam strategi ini, saham dijual pada awal Mei dan hasil penjualannya disimpan dalam bentuk kas atau reksa dana pasar uang. Baru kemudian masuk lagi di pasar saham pada bulan November nanti.

Berdasarkan definisi di atas, strategi ini mengasumsikan bahwa dari bulan Mei – Oktober merupakan periode yang tidak baik untuk investasi di saham. Sebaliknya periode November – April merupakan periode terbaik untuk berinvestasi di saham.

Apakah kenyataannya memang demikian? Pembahasan berdasarkan data IHSG dari tahun 2001 adalah sebagai berikut.

Pertama, apakah bulan Mei merupakan bulan yang buruk untuk saham?

Bagi orang awam ketika mendengar kata Sell in May, seolah-olah bulan ini memang buruk bagi saham sehingga harus dijual.

Berdasarkan data di atas, jika bulan terburuk IHSG adalah bulan yang paling banyak ruginya, maka seharusnya jatuh pada bulan Agustus dan November. Sebab dari 20 tahun data pengamatan, tercatat IHSG 11 kali turun dan 9 kali naik pada kedua bulan tersebut.

Probabilitas atau kemungkinan mengalami return positif adalah 45 persen,sementara untuk bulan Mei, tercatat naik 12 kali dan turun 8 kali, atau rasio bulan positifnya 60 persen.

Secara rata-rata, Agustus adalah bulan dengan rata-rata return paling kecil yaitu -1.81 persen. Sementara return bulanan terburuk pernah terjadi pada bulan Oktober dengan penurunan -31 persen pada tahun 2008 akibat krisis keuangan global.

Angka ini lebih dalam dari penurunan 16 persen pada Maret 2020, di mana terjadi krisis akibat pandemi COVID-19.

Yang menarik, bulan Desember adalah bulan yang tidak pernah negatif selama 20 tahun terakhir, bahkan di tahun terjadinya krisis besar seperti 2008 dan 2020.

Kesimpulannya, Mei bukanlah bulan dengan kinerja terburuk untuk pasar modal Indonesia.

Kedua, Apakah periode Mei hingga Oktober buruk untuk saham dan November sampai April tahun depan baik untuk saham?

Berdasarkan data historis adalah sebagai berikut

Dari 20 tahun pengamatan data IHSG Mei – Oktober yang dianggap sebagai periode buruk bagi saham, tercatat IHSG naik 13 kali dan turun 7 kali. Jika dipersentasekan berarti probabilitas atau kemungkinan IHSG naik pada bulan Mei – Oktober adalah 65 persen, sementara jika turun adalah 35 persen.

Karena angkanya di atas 50 persen, rasanya agak kurang tepat juga jika mau menyebut bahwa pada rentang Mei-Oktober ini sebagai periode yang buruk untuk saham. Pada tahun 2020 lalu saat ada pandemic COVID-19, IHSG naik.

Kemudian untuk 2018 dan 2019 memang IHSG turun. Tapi jika melihat 2016 dan 2017, IHSG naik pada periode yang sama.

Untuk periode November hingga April tahun berikutnya yang dianggap sebagai bulan terbaik untuk investasi saham, bisa dilihat bahwa dari 20 tahun pengamatan, IHSG naik 16 kali dan turun 4 kali.

Jika dipersentasekan, berarti probabilitas atau kemungkinan naik adalah 80 persen, sementara jika turun adalah 20 persen.

Angka ini cukup tinggi dan bagus. Dari 4 kali yang meleset, hanya tahun November 2007 – April 2008 dan November 2019 – April 2020 yang penurunannya signifikan hingga puluhan persen. Dua kalinya lagi hanya turun tidak sampai 1 persen.

Jadi kalau tidak ada krisis besar, memang bulan November hingga April memberikan rata-rata return yang lebih bagus.

Kesimpulan berdasarkan data historis, periode Mei – Oktober belum tentu merupakan periode yang buruk untuk saham karena probabilitas return positifnya 65 persen. Artinya secara historis lebih sering naik daripada turun.

Sementara periode November hingga April adalah periode yang baik untuk saham karena probabilitas yang lebih tinggi yaitu 80 persen.

Perlu diperhatikan bahwa investasi di saham atau reksa dana berbasis saham seharusnya lebih berorientasi jangka panjang di atas 5 tahun. Penurunan harga justru dapat dimanfaatkan untuk masuk karena mendapatkan harga rata-rata yang lebih murah.

Semoga bermanfaat

https://money.kompas.com/read/2021/05/05/110445426/sell-in-may-and-go-away-mitos-atau-fakta

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke