KOMPASIANA---Urusan mencari jodoh memang bukan perkara mudah. Setiap orang tentunya memiliki kriterianya masing-masing.
Keinginan untuk mendapatkan pendamping yang sesuai dengan pilihan hati tak jarang membutuhkan waktu yang panjang.
Hal ini yang terkadang membuat para orangtua berinisiatif untuk turut ambil bagian dalam pencarian jodoh anaknya.
Perjodohan atau dijodohkan mungkin dianggap sebagai cara kuno dan terasa gengsi bagi sebagian orang. Meski sebenarnya tidak ada yang salah dengan perjodohan karena siapa tahu lewat perjodohan Anda justru bisa menemukan belahan jiwa yang selama ini dicari.
Berikut adalah konten-konten menarik dan populer di Kompasiana seputar perjodohan:
1. Kalau Ditanya "Kapan Nikah", Jawab Saja "Tolong Jodohkan Saya"
Saat momen kumpul keluarga atau silaturahmi Lebaran ada satu pertanyaan yang sering kali ditanyakan, yakni "kapan nikah?"
Jika Anda yang masih membujang mendapat pertanyaan tersebut, mungkin bisa mempertimbangkan jawaban ini: "Tolong jodohkan saya!"
Menurut Kompasianer Himam Miladi, meminta orang lain mencarikan jodoh untuk kita lebih baik ketimbang bingung mencari jodoh yang tak kunjung datang.
Sejatinya jodoh itu bisa datang dengan perantara orangtua atau kerabat kita.
"Jangan takut menikah karena dijodohkan orangtua. Justru, takutlah apabila pernikahanmu itu malah tidak mendapat restu orangtua," ujarnya (Baca Selengkapnya)
2. Mencari Tambatan Hati dengan Dijodohkan Ibarat Menihilkan Gengsi
Kompasianer Agung Han dalam artikelnya mengurai pengalaman dalam mencari tambatan hati, salah satunya dengan meminta dijodohkan.
Saat pikiran atau keputusan untuk meminta dijodohkan itu muncul, itu tandanya kita memulai dengan sungguh-sungguh menurunkan ego atau gengsi.
"Ibaratnya seperti meng-nol-kan diri, menempatkan diri bahwa saya bukan siapa-siapa. Saya mulai menanggalkan pencapaian yang pernah diraih, menihilkan kebanggaan yang pernah didapati," ungkapnya.
Jika persoalan ego sudah teratasi, usaha harus diperkuat dengan kesungguhan dan doa supaya jalan untuk menemukan tambatan hati semakin terbuka. (Baca Selengkapnya)
3. Berniat Menjadi Mak Comblang, Berikut Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan
Dalam upaya perjodohan, keluarga biasanya menggunakan jasa match makers atau mak comblang.
Hal itu dipilih untuk membantu merencanakan pernikahan dengan pertimbangan status sosial, keberpihakan politik, dan penampilan fisik calon pasangan.
Namun, untuk menjadi mak comblang tidak bisa asal-asalan karena banyak hal yang perlu menjadi pertimbangan.
Kompasianer Amazing Dinda memjelaskan 4 hal yang harus diperhatikan bagi mereka yang berniat ingin menjadi mak comblang. (Baca Selengkapnya)
4. Mengintip Marriage Market, Pasar Jodoh di Shanghai
Bicara tentang perjodohan, di Shanghai, China ada marriage market atau pasar jodoh yang rutin digelar.
Di pasar jodoh ini, orangtua memberikan informasi mengenai profil anaknya dan kriteria jodoh yang diharapkan.
Marriage Market ini merupakan usaha terakhir dari orangtua yang ingin mencarikan jodoh untuk anak mereka.
Jika berkesempatan ke Shanghai dan ingin mengunjungi marriage market atau pasar jodoh ini, bisa mengikuti rute perjalanan yang dibagikan Kompasianer Hennie Triana dalam artikelnya. (Baca Selengkapnya) (NDY)
https://money.kompas.com/read/2021/05/22/200700526/-kurasi-kompasiana-dijodohkan-ibarat-menihilkan-gengsi-hal-yang-harus