Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Karyawan Garuda Mau Temui Jokowi Minta Perusahaan Diselamatkan

JAKARTA, KOMPAS.com - Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memohon dukungan penyelamatan perusahaan.

Maskapai flag carrier itu tengah dalam upaya restrukturisasi. Salah satu langkah manajemen yakni berupa pengurangan karyawan melalui program pensiun dini.

Koordinator Serikat Bersama Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia, Tomy Tampatty, di mengatakan masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk penyelamatan PT Garuda Indonesia sebagai aset bangsa yakni opsi Merah Putih NKRI.

"Masih banyak potensi lain yang bisa ditempuh untuk penyelamatan Garuda Indonesia sebagai flag carrier. Kami akan sampaikan beberapa usulan kepada Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat," kata Tomy dilansir dari Antara, Sabtu (29/5/2021).

Selain menemui Joko Widodo, Serikat Bersama yang juga tergabung di dalamnya seperti Asosiasi Pilot Garuda dan Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia, akan menemui Ketua MPR, DPR, DPD, Menteri BUMN, Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan, Komisi V, komisi VI dan komidi XI DPR RI.

Tomy juga menuturkan bila seluruh karyawan Garuda Indonesia tetap optimis dan solid menjaga kelangsungan perusahaan dan berkomitmen tinggi, bekerja dengan baik untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh pelanggan.

Dirinya juga menegaskan bila seluruh karyawan sudah menjalani pemeriksaan kesehatan antigen sebelum penerbangan dan fasilitas yang digunakan sudah aman.

Artinya dirinya memastikan bila seluruh kegiatan penerbangan tetap mematuhi aturan yang berlaku dan berharap kedepan berjalan normal lagi.

Tomy menyebut ada lini bisnis yang perlu dimaksimalkan agar keuangan Garuda Indonesia bisa lebih baik. Misalnya memaksimalkan kerja sama dengan para lessor.

“Permasalahan utama kita dengan lessor. Negosiasi dengan lessor ini harus dilakukan dengan masksimal karena ini berkaitan dengan alat produksi. Jika ini bisa dimaksimalkan, pensiun dini akan menjadi opsi terakhir,” kata dia.

Di sisi lain, Tomy menilai saat ini sudah ada langkah pembenahan, namun ia menilai kurang maksimal, baik dengan lessor, vendor, maupun dengan lini bisnis lain seperti kargo ataupun carter.

Menurut dia, bila bisnis bisa dimaksimalkan, maka Garuda Indonesia akan memperoleh pendapatan yang lebih baik. Hal itu dinilai sebagai upaya penyelamatan perusahaan yang lebih permanen.

“Kami berharap pemerintah mengkaji lagi opsi yang diberikan, dan sebenarnya ada opsi yang kita berikan dapat menyehatkan Garuda Indonesia lebih permanen. Kalau tidak, dikucurkan Rp 500 trilun saja pun bisa habis, karena itu tadi kompetisi tidak jelas,” ucap Tomy.

Tomy mengatakan tidak mempermasalahkan siapapun karyawan Garuda Indonesia yang mengambil opsi pensiun dini. Namun, ia berharap pemerintah bisa kembali mengkaji opsi penyelamatan Garuda Indonesia.

“Posisi kami menyatakan terkait program pensiun dini, tidak dalam posisi menolak atau menerima. Kami persilahkan, kepada teman-teman karyawan yang mau mengambil,” ungkap dia.

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, tawaran pensiun disodorkan ke karyawan agar maskapai nasional tersebut bisa bertahan di tengah krisis akibat pandemi Covid-19.

Opsi pensiun dini ditawarkan agar perusahaan lebih sehat, serta adaptif menjawab tantangan kinerja usaha di era kenormalan baru.

https://money.kompas.com/read/2021/05/29/114752126/karyawan-garuda-mau-temui-jokowi-minta-perusahaan-diselamatkan

Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke