Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

China Kembangkan Yuan Digital, Bisa Jadi Ancaman Untuk Dollar AS?

Dilansir dari CNBC, Sabtu (25/7/2021) pengembangan mata uang digital China saat ini melampaui Amerika Serikat.

Hal tersebut bisa menjadi ancaman bagi status dollar AS sebagai cadangan moneter de facto.

Saat ini, sebanyak hampir 80 negara, termasuk di dalamnya China dan Amerika Serikat, saat ini sedang dalam proses mengembangkan Mata Uang Digital Bank Sentral (CBDC/Central Bank Digital Currency).

CBDC adalah bentuk yang yang diregulasi oleh otoritas namun tersedia pula dalam bentuk online.

China saat ini telah meluncurkan yuan digital mereka ke lebih dari satu juta penduduk China, sementara di Amerika Serikat, saat ini pengembangan mata uang digital masih terfokus pada riset.

Dua kelompok yang ditugasi dalam riset uang digital di AS yakni Digital Currency Initiative MIT dan Federal Reserve Bank of Boston.

Salah satu hal yang paling digaris bawahi dalam proses riset yakni perihal privasi. Sehingga, para peneliti dan analis saat ini sedang mengawasi proses peluncuran yuan digital di China.

"Saya pikir, bila ada akan ada dollar digital, privasi akan menjadi bagian yang sangat penting," ujar Direktur dari Digital Currency Initiavite MIT Media Lab Neha Narula.

"Kondisi di Amerika Serikat cukup berbeda dengan China," jelas dia.

Hal lain yang juga menjadi perhatian yakni aksesibilitas. Berdasarkan hasil riset Pew Research Center, sebanyak 7 persen penduduk Amerika Serikat mengaku tak menggunakan internet. Untuk penduduk kulit hitam, jumlahnya lebih besar, yakni mencapai 9 persen. Sedangkan untuk penduduk denganusia lebih dari 65 tahun, jumlahnya jaug lebih banyak, yakni mencapai 25 persen.

"Salah satu kerja yang kita lakukan yakni CBDC akan berada berdampingan dengan uang tunai dan pengguna masih bisa menggunakan uang fisik tunai bila mereka menginginkan," ujar dia.

Salah satu tujuan utama dari pengembangan CBDC yakni memastikan dollar AS tetap menjadi pemimpin moneter utama di ekonomi dunia.

"Amerika Serikat tak seharusnya puas denngan kepempimpinan saat ini. Seharusnya AS mampu mendorong dan mengembangan strategi yang jelas untuk menjaga posisi tetap kuat dan mengambil kesempatan dengan kekuatan dollar," sebut Professor of Finance di Graduate School of Business Stanford University.

Di Indonesia, saat ini Bank Indonesia (BI) juga berencana mengeluarkan mata uang digital atau Central Bank Digital Currency (CDBC).

Namun demikian, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat memastikan, CDBC belum masuk ke dalam bluerpint pengembangan pasar uang (BPPU) 2025, yang dirancang untuk mempercepat upaya pengembangan pasar uang Indonesia.

"Saat ini kita belum me-launching konsep CDBC secara konkret kepada publik," katanya dalam diskusi virtual, Jumat (25/6/2021).

Sementara itu, Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mennyebutkan, BPPU 2025 merupakan peta jalan pengembangan infrastruktur pasar uang, sementara CBDC berada di wilayah yang berbeda.

Selain itu, CBDC disebut sebagai insiatif baru yang berkembang di global, yang saat ini bank sentral di berbagai negara tengah mengkajinya.

"Saat ini belum punya urgensi untuk menerbitakn CBDC. Di beberapa negara (Sudah berjalan), karena refrensi penduduknya dalam memegang cash rendah. Di Indonesia urgensinya belum sebesar negara-negara itu. Konsep CBDC baru berkembang beberapa wacana," ucapnya.

https://money.kompas.com/read/2021/07/25/173323326/china-kembangkan-yuan-digital-bisa-jadi-ancaman-untuk-dollar-as

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke