Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[KURASI KOMPASIANA] Ketika Anak Ingin Menjadi Atlet

KOMPASIANA---Keberhasilan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu meraih medali emas Olimpiade pasti memberikan inspirasi bagi banyak orang. Termasuk anak-anak.

Banyak anak-anak banyak yang ingin menjadi atlet dari olahraga tepok bulu ini.

Boleh dikatakan, bulu tangkis di Indonesia memang menjadi olahraga bergengsi dan diminati banyak orang.

Selain olahraga yang mudah dan bisa dimainkan banyak orang, bulu tangkis kerap mengasilkan gelar-gelar prestisius dari berbagai turnamen besar dunia, seperti All England hingga Olimpiade.

Tak heran jika anak-anak ingin bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis.

Akan tetapi, apa sikap orangtua yang perlu dilakukan jika sang anak ingin menjadi atlet?

Nah, berikut konten-konten menarik di Kompasiana terkait sikap orangtua jika anak ingin menjadi atlet:

1. Bagaimana Bila Anak Berkata Ingin Jadi Seperti Kakak Greysia?

Terkait sikap orangtua terhadap anak yang ingin menjadi atlet, Kompasianer Meirri Alfianto punya beberapa saran.

Pertama adalah mendukung keinginan anak. Menurutnya, ketika anak sudah memiliki keinginan artinya sudah baik.

Kedua, mengenali minat dan bakat untuk anak. Dikatakannya, olahraga apapun membutuhkan bakat khusus apabila ingin sukses. Sebagai orang tua tentu saja kita ingin anak kita tidak sekedar meramaikan, tetapi sukses dibidangnya.

"Maka peran orang tua adalah mengenali potensi anak. Bila memang ia berbakat di jalur olahraga bulutangkis, coba daftarkan untuk mengikuti pelatihan. Setidaknya melalui pelatihan dan kompetisi, orang tua akan dapat melihat sejauh mana potensi anak," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2. Anak Ingin Jadi Atlet, Berikut 2 Hal Penting yang Saya Lakukan!

Senada dengan Meirri Alfianto, Kompasianer Sri Rohmatiah Djalil berpendapat sejak kecil anak-anak memang harus banyak melakukan kegiatan olahraga seperti renang, bulu tangkis atau olahraga lainnya demi melatih fisik dan mentalnya.

Akan tetapi, jika ingin menjadi atlet ada dua hal yang bisa dilakukan. Namun sebelum itu, perlu juga ketahui apakah keinginan tersebut berhulu dari orangtua atau atas dasar keinginan anak.

Yang bisa dilakukan pertama, menurut Sri Rohmatiah adalah dengan mendaftarkan anak ke klub.

Dengan masuk klub olahraga, mengajarkan anak menjadi disiplin waktu. Kemampuan pun semakin hari semakin meningkat karena ada target yang harus dicapai anak.

"Putra saya termasuk baru di klubnya, tetapi semangatnya tinggi sekali. Di balik semangatnya, dia pernah mengalami pesimis dan ingin keluar dari klub. Penyebabnya, Han tidak nyaman dengan salah satu teman," tulisnya.

Kedua, beri motivasi. (Baca selengkapnya)

3. Mengapa Atlet Gemar Berteriak Saat Berlaga?

Selain gemuruh suara penonton, sebuah ajang olahraga biasanya juga diwarnai teriakan kencang atlet-atlet yang sedang berlaga. Mengapa mereka sangat gemar berteriak.

Lebih menariknya lagi, jeritan kencang mereka tidak hanya terdengar sebelum melakukan servis awal, tetapi juga kala melakukan smash. Kedua pasangan itu seolah-seolah saling beradu teriakan.

Lantas, apa sebenarnya motif teriakan keras mereka saat tengah bertanding?

Pertama adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan kepercarayaan diri. Kedua, ini paling sering dilakukan, untuk mengintimidasi lawan. (Baca selengkapnya) (IBS)

https://money.kompas.com/read/2021/08/10/123649126/kurasi-kompasiana-ketika-anak-ingin-menjadi-atlet

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke