Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pertahankan Surplus Neraca Dagang, Ini Tantangannya

Pasalnya, ekspor Indonesia ke negara tujuan masih berbasis komoditas (primer). Tak tanggung-tanggung, porsinya mencapai 51 persen dari total ekspor, kemudian sisanya baru diikuti produk bernilai tambah (value added) dari industri manufaktur.

"Memang sekitar 51 persen komponen ekspor kita itu komposisinya berasal dari primer. Ini yang menjadi tantangan kita dalam jangka menengah bagaimana kita bisa ubah (komposisi ekspor) itu," kata Asisten Deputi Moneter dan Sektor Eksternal, Kemenko Perekonomian, Ferry Irawan dalam diskusi Iluni UI secara virtual, Sabtu (14/8/2021).

Karena berbasis komoditas, kinerja ekspor RI masih sangat bergantung pada harga komoditas unggulan yang diekspor. Kelapa sawit menjadi salah satu contohnya.

Dus, bergantung pada pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang. Bila pemulihan ekonomi di negara itu sedang bagus-bagusnya dan memicu peningkatan permintaan (demand), maka harga komoditas yang dibutuhkan pun menjulang tinggi.

Sebaliknya, jika permintaan berkurang, harga komoditas unggulan pun melempem. Belum lagi bila komoditas tersebut semakin terkikis dan mendapat perlakuan tak adil dari negara eropa dengan dalih ekonomi hijau.

"Dalam konteks quality of growth (kualitas pertumbuhan ekspor) jadi tantangan, karena kalau kita lihat dari komponen terbesar memberikan surplus di ekspor, itu mostly adalah komoditi base, atau resources base. Bagaimana ke depan bisa meningkatkan daya saing sehingga kita bisa ubah struktur ke yang lebih value added base," jelas Ferry.

Adapun saat ini, kinerja ekspor sedikit banyak dipengaruhi oleh pulihnya ekonomi mitra dagang terbesar setelah dihantam pandemi Covid-19, sebut saja AS, China, dan Jepang.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor pada bulan Juni 2021 mencapai 18,55 miliar dollar AS, lebih besar dari capaian impor 17,23 miliar dollar AS sehingga menghasilkan surplus 1,32 miliar dollar AS.

Ferry menyebut, kinerja ekspor-impor turut memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Di kuartal II 2021, ekonomi Indonesia tumbuh 7,07 persen secara tahunan (year on year/yoy). Kinerja ekspor kata Ferry, sejalan dengan pertumbuhan harga komoditas yang tinggi.

"Komoditas itu memberikan kontribusi positif terhadap neraca perdagangan. Namun kita juga sangat maklum di samping sisi positif ini, ada aspek tantangan (dari ekspor yang didominasi komoditas)," beber Ferry.


Lebih lanjut, Indonesia masih berharap surplus neraca perdagangan berlanjut hingga tahun 2022.

Hal ini sejalan dengan prospek lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyebut ekonomi AS dan beberapa negara bakal terus pulih di tahun 2022.

"Negara ini bila tumbuh positif tentu memberi kontribusi yang sangat bagus bagi ekonomi kita terutama dari sisi komponen eksternal. Ini adalah hal yang memang kita harapkan yang akan terus terjadi di tahun 2022. Ini yang kita harapkan jadi kontributor kita tetap tumbuh ke depan," tandas Ferry.

https://money.kompas.com/read/2021/08/14/181400526/pertahankan-surplus-neraca-dagang-ini-tantangannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke