Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Isu Delisting Perusahaan China di AS Mencuat Lagi, Saham Alibaba, Baidu, hingga JD.com Rontok

Melansir Forbes, Senin (14/3/2022), terdapat lima perusahaan asal China yang akan delisting, berdasarkan aturan Holding Foreign Companies Accountable Act, yang menjadi undang-undang pada Desember 2020. 

Kelima perusahaan itu yakni perusahaan makanan cepat saji Yum China, perusahaan teknologi ACM Research, perusahaan bioteknologi BeiGene, HutchMed, dan Zai Lab.

Sementara itu berdasarkan laporan CNBC, mencuatnya kabar delisting mendorong ambruknya saham perusahaan-perusahaan China yang terdaftar di Hong Kong dan Wall Street, mulai dari Baidu, JD.com, hingga Alibaba.

Pada Jumat sore waktu setempat, saham raksasa teknologi Alibaba anjlok 6,56 persen. Perusahaan mobil listrik Nio, juga ambles 11,64 persen, Baidu turun 5,14 persen, dan NetEase terkoreksi 6,94 persen. Sementara itu, JD.com paling dalam terkoreksi yakni 15,67 persen setelah melaporkan kerugian kuartalan pekan lalu.

SEC mengidentifikasi perusahaan-perusahaan tersebut sebagai kelompok pertama yang dimasukkan ke dalam daftar sementara untuk potensi delisting karena gagal menyerahkan dokumen audit terperinci yang mendukung laporan keuangan mereka.

Walau demikian banyak perusahaan asal China mengungkapkan bahwa pihaknya telah memenuhi persyaratan yang diharuskan.

SEC memberikan toleransi waktu hingga 29 Maret 2022 untuk perusahaan–perusahaan asal China agar memberikan akses kepada Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik (PCAOB) terkait dengan dokumen laporan audit keuangan selama tiga tahun. Jika gagal, akan berakibat pada delisting paksa.

Langkah SEC memicu aksi jual luas di saham perusahaan China di Wall Street. Nasdaq Golden Dragon China Index mencatat penurunan terbesar sejak 2008 dengan jatuh 10 persen pada Kamis pekan lalu. Pasar di bursa Hong Kong juga khawatir dengan berita tersebut, dan Indeks Teknologi Hang Seng turun 4,3 persen pada penutupan Jumat pekan lalu.

“SEC mengidentifikasi perusahaan apa yang akan dihapus, segera setelah perusahaan mengajukan laporan tahunannya dan secara bergulir,” tulis analis ekuitas senior Morningstar Ivan Su.

Analis mengatakan lebih dari 200 perusahaan China yang terdaftar di AS pada akhirnya berisiko delisting, dan ruang untuk negosiasi kedepannya agak terbatas. Menanggapi rencana delisting, Komisi Regulasi Sekuritas China, menentang politisasi regulasi sekuritas dan terus berkomunikasi dengan regulator AS untuk menyelesaikan perselisihan tersebut.

Ketua SEC Gary Gensler sebelumnya mengatakan, bagi perusahaan yang berencana menerbitkan sekuritas publik di AS, maka pembukuan mereka harus diperiksa. Menurutnya ada lebih dari 50 yurisdiksi asing telah bekerja dengan PCAOB untuk mengizinkan inspeksi tersebut, dan hanya dua yang secara historis tidak, yakni China dan Hong Kong.

Mitra di firma riset Plenum yang berbasis di Beijing Feng Chucheng mengatakan, pembicaraan antara regulator di kedua negara mengenai masalah audit sejauh ini hanya membuat sedikit kemajuan.

Peluang untuk perubahan masih bisa terjadi karena ada rentang waktu, tetapi untuk saat ini, delisting semua perusahaan China yang terdaftar di AS tetap merupakan skenario “probabilitas yang lebih tinggi”.

“AS sedang mempertimbangkan apakah akan memberi China akses ke pasar modalnya, dan mengizinkan perdagangan perusahaan yang berbasis di China oleh orang AS dapat menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional AS. Di bawah konteks persaingan strategis AS-China, segala sesuatu yang terkait dengan China telah ditingkatkan ke tingkat keamanan nasional,” jelas Feng Chucheng.

https://money.kompas.com/read/2022/03/14/101700926/isu-delisting-perusahaan-china-di-as-mencuat-lagi-saham-alibaba-baidu-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke