Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Generasi Rapuh Finansial, Tantangan Masa Depan Ekonomi Kita

Anda mungkin sependapat apabila sebagian besar generasi muda kita hari ini adalah representasi dari dream society itu. Keputusan pengeluaran masyarakat saat ini didominasi oleh tren dan pola pikir praktis. Hidup ini hanya sekali jadi harus dinikmati selagi bisa.

Konon komoditas yang paling mahal dalam hidup ini adalah waktu. Sebagian millenial juga mengalami tren fear of missing out (FOMO), takut dianggap ketinggalan zaman. Hari ini berbagai pola pikir praktis tersebut demikian mudahnya dikomersialisasi dengan strategi marketing yang menjual gaya hidup dalam bentuk kesenangan (pleasure) dan pengalaman (experience).

Generasi muda saat ini cenderung terbentuk menjadi generasi konsumtif, yang lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Banyak di antara mereka yang tidak lagi memiliki perencanaan keuangan, tak lagi memikirkan tabungan masa depan.

Gaya hidup harus dibiayai oleh "passive income"

Salah satu pos pengeluaran yang terbesar dari masyarakat kita hari ini adalah pengeluaran untuk gaya hidup. Sebenarnya tidak semua yang konsumtif tidak ada untungnya. Tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi ini erat hubungannya dengan daya beli masyarakat yang menggerakkan perekonomian kita.

Pertumbuhan ekonomi kita yang terjaga selama masa pandemi ini tidak bisa dipungkiri adalah akibat dari budaya konsumtif masyarakat kita. Hal itu yang mengakibatkan pemerintah terus mendorong pertumbuhan tingkat konsumsi masyarakat sebagai upaya menjaga pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.

Gaya hidup sejatinya bukanlah sebuah persoalan finansial, selama kaidah ini diikuti: gaya hidup harus bisa dibiayai dari passive income. Maka jika anda termasuk dalam golongan masyarakat High Net Worth Individual (HNWI) atau golongan di atasnya, seharusnya gaya hidup bukan lagi menjadi sebuah persoalan.

Menurut Forbes, HNWI adalah golongan masyarakat yang memiliki kekayaan berupa aset likuid sebesar minimal satu juta dollar AS. Sayangnya riset Knight Frank Asia Pacific tahun 2021 menunjukkan, golongan masyarakat HNWI dan golongan di atasnya hanya kurang dari lima per sepuluh ribu dari total masyarakat Indonesia saat ini.

Maka sebagian besar masyarakat kita hari ini adalah masyarakat golongan menengah dan prasejahtera. Tentu golongan masyarakat ini jugalah yang hari ini banyak terjebak dalam vicious circle pengeluaran gaya hidup. Padahal golongan masyarakat ini sebagian besar masih termasuk golongan "cuan ciak", yang pemasukan bulanannya hanya cukup untuk pengeluaran dan kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.

Perlu perencaan keuangan

Mungkin masih ada sebagian sisa dana yang masih bisa disisihkan untuk simpanan. Namun tidak cukup signifikan lagi jumlahnya.

Hari ini kebutuhan untuk eksis dan gaya hiduplah yang terkadang lebih penting. Golongan masyarakat prasejahtera yang konsumtif inilah yang berpotensi menjadi financially fragile generation atau generasi rapuh finansial.

Anak–anak muda millenial hari ini tidak terbiasa hidup dengan perencanaan dan sikap keuangan yang baik. Generasi ini menjadi generasi yang kelihatan berkilau tetapi begitu rapuh dan langsung ambyar apabila menghadapi turbulensi finansial.

Karena panjangnya daftar keinginan, generasi ini akhirnya terbentuk menjadi generasi yang ingin instan memperoleh kekayaan. Sehingga tidak lagi memiliki pertimbangan dan common sense finansial yang mumpuni. Padahal mengumpulkan kekayaan adalah sebuah proses yang organik, yang butuh ketekunan berproses dan daya tahan.

Emosi dan mimpi untuk cepat memperoleh kekayaan ini yang akhirnya berhasil dikomersialisasi dengan mudahnya oleh berbagai skema investasi bodong yang viral belakangan ini. Generasi ini menjadi begitu rapuh dalam segala keputusan keuangannya. Generasi ini bukanlah generasi wealth accumulator. Tanpa sikap dan perencanaan keuangan yang baik, golongan prasejahtera dan menengah selamanya tidak akan mampu naik kelas.

Maka sampai kapan pun permasalahan bangsa ini mengenai pemerataan ekonomi tidak akan pernah selesai. Padahal pertumbuhan ekonomi tanpa pemerataan ekonomi dapat menjadi bom waktu dari sistem ekonomi kerakyatan kita. Memacu pertumbuhan ekonomi tanpa pemerataan ekonomi yang baik adalah seperti membangun menara gading tanpa memastikan memiliki pondasi yang kokoh.

Di samping penting untuk terus menggenjot pertumbuhan ekonomi, pemerintah juga perlu memberikan perhatian untuk mengupayakan terjadinya pemerataan ekonomi yang makin baik dengan berbagai stimulus dan kebijakannya.

Hari ini kita harus ingat ada satu lagi penyebab kemiskinan: terlalu banyak mimpi dan keinginan. Terlebih mimpi dan keinginan yang berusaha diwujudkan tanpa perencanaan, kedisiplinan dan pengendalian diri yang baik.

https://money.kompas.com/read/2022/06/14/123106126/generasi-rapuh-finansial-tantangan-masa-depan-ekonomi-kita

Terkini Lainnya

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke