Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jokowi Sebut Ekonomi Global Tahun Depan Akan Gelap, Benarkah Demikian?

Prediksi tersebut berdasarkan pertemuan dengan para pemimpin dunia, seperti Sekjen PBB Antonio Guterres, para kepala lembaga internasional, dan negara G7.

"Beliau-beliau menyampaikan, Presiden Jokowi, tahun ini kita akan sangat sulit, terus kemudian tahun depan seperti apa? Tahun depan akan gelap. Ini bukan Indonesia, ini dunia, hati-hati, bukan Indonesia, yang saya bicarakan tadi dunia," ujar Jokowi, Jumat (5/8/2022).

Benarkah demikian?

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, berdasarkan survei Bloomberg, ancaman resesi global semakin kuat dalam 12 bulan ke depan.

"Probabilitas resesi ekonomi menurut survei Bloomberg sebesar 47,5 persen dalam 12 bulan ke depan. Angka ini meningkat dibanding bulan Juni yakni probabilitas resesi 30 persen," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, dikutip Senin (8/8/2022).

Apa saja yang akan terjadi di tahun depan sehingga dapat dikatakan kondisi ekonomi memburuk dari tahun ini?

1. Harga komoditas berbalik turun

Peningkatan probabilitas resesi global tersebut didukung oleh harga komoditas global yang sempat melonjak tajam beberapa waktu lalu kini justru berbalik arah karena melemahnya sisi permintaan.

Hal ini akan menurunkan penghasilan negara-negara yang selama ini mengandalkan ekspor komoditas seperti Indonesia.

"Ditambah harga komoditas yang sebelumnya booming, kini mulai terindikasi menurun," kata Bhima.

2. Konflik China-Taiwan memanaskan situasi geopolitik

Dia mengatakan, saat ini situasi geopolitik yang buruk bukan lagi hanya berasal dari ketegangan Ukraina dan Rusia. Tetapi ditambah dengan ketegangan di Taiwan.

Hubungan antara China dan Taiwan semakin panas akibat isu reunifikasi atau penyatuan kembali Taiwan ke China.

"Situasi di Taiwan ini yang akan mempercepat resesi global, karena Taiwan merupakan proxy (perantara) perang antara AS dan China," imbuhnya.

3. Krisis pangan merambah ke Asia

Di tengah konflik ini, diperkirakan China akan melakukan blokade kepada Taiwan dari laut dan udara agar dapat menghentikan ekspor Taiwan dan memutus bantuan dari AS dan Jepang.

Langkah ini, kata Bhima, dapat memicu krisis pangan di Asia Timur.

"Blokade ekonomi CHina terhadap Taiwan bisa memicu krisis pangan di wilayah Asia timur," ujarnya.

Selain itu, konflik antara China dan Taiwan juga dapat menyebabkan biaya industri elektronik dan otomotif naik signifikan akibat blokade tersebut.

"Pasokan chip semikonduktor dari Taiwan yang berkontribusi 56% dari persediaan global akan menurun tajam, membuat biaya industri elektronik dan otomotif naik signifikan," ucapnya.

Ketiga hal tersebut, akan memperparah kondisi ekonomi global di tahun 2023. Padahal dengan kondisi saat ini saja sudah banyak negara-negara yang masuk ke jurang resesi.

Dia mengatakan, makin buruknya kondisi ekonomi di tahun depan tentu akan berdampak pada perekonomian Indonesia.

"Efeknya neraca dagang Indonesia melemah, arus modal asing keluar semakin besar, memacu kenaikan suku bunga acuan secara agresif, hingga guncangan pada sistem keuangan," tuturnya.

https://money.kompas.com/read/2022/08/08/090900926/jokowi-sebut-ekonomi-global-tahun-depan-akan-gelap-benarkah-demikian-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke