"Kondisi cash flow perusahaan menipis lantaran marketnya enggak bagus. Satu sisi produksinya turun, di sisi lain juga ada pekerja yang dirumahkan tetapi tetap harus kita bayar. Ada yang 70 persen dan 50 persen. Listrik juga tetap kita bayar, pajak yang memang harus tetap kita keluarkan," ujarnya dalam jumpa pers virtual, Rabu (16/11/2022).
Redma tidak menampik adanya pengurangan karyawan. Bahkan, kata dia, ada juga perusahaan yang produksinya diberhentikan secara total lantaran tidak kuat beroperasi.
"Kondisi di sektor industri tekstil, memang kalau kemarin dari awal kita pengurangannya terus-terusan yang biasanya kita kurangin 1 line, 2 line. Sekarang ada sekitar 3 perusahaan full stop (operasi)," kata Redma.
Menurut dia, baik pasar ekspor maupun pasar lokal saat ini masih sedang sepi.
"Kita juga enggak tahu nih sampai kapan kondisinya, sampai sekarang belum ada yang cerah, baik cerah di pasar ekspor yang kita tahu sangat bergantung sama kondisi ekonomi dunia termasuk perang Rusia-Ukraina tapi juga di lokal juga belum terang lagi," ungkap Redma.
"Jadi sampai sekarang anggota kami masih bertanya-tanya ini kondisi sampai kapan, kapan harus menghidupkan mesin lagi dan memanggil pekerja- pekerja yang sudah kita rumahkan. Memang kondisi ini sangat berbeda," sambung dia.
Oleh sebab itu Redma berharap pemerintah bisa memberikan perhatiannya secara khusus ke pada industri serat dan benang sehingga bisa menghindari kondisi terpuruk yang berlanjut.
https://money.kompas.com/read/2022/11/16/214000926/curhat-pelaku-usaha-serat-dan-benang-pasar-sepi-hingga-terpaksa-phk-karyawan
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan