Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Melie Bangun KaIND, Fesyen Ramah Lingkungan Asal Pasuruhan

Bermula dari temuan tersebut, Melie Indarto memulai bisnis fesyen ramah lingkungan bernama KaIND (Kain Indonesia) sejak 2014.

KaIND sendiri pertama-tama ingin menghadirkan keunikan batik Pasuruhan agar lebih dikenal masyarakat luas.

KaIND membuat produk handmade yang mengeksplorasi dan mengekspresikan simbol-simbol ikonik seperti Gunung Bromo, Pasir Berbisik, Chrysanthemum, Aglaonema, Asoka, dan Sedap Malam ke dalam syal tenun tangan.

Di tengah gempuran industri tekstil yang besar Melie memilih jalan untuk mengembangkan fesyen dalam teknik tenun tangan, batik tulis, dan pewarnaan alami.

"Dalam 10 tahun terakhir, jumlah penenun di tempat kami terus menyusut, sekarang mungkin tinggal 10 persennya saja," ujar dia saat ditemui di Tokopedia Tower, Rabu (15/12/2022).

Dari sana, pihaknya merekrut anak-anak muda di Pasuruhan, Jawa Timur untuk mengikuti pelatihan menenun gratis di KaIND.

"Kami rekrut anak muda, ada yang supir truk, dan pengangguran untuk ikut free training di tempat kami," imbuh dia.

Selain itu, KaIND juga menjalin kerja sama dengan sekitar 200 petani lokal untuk dapat menjadi pembudidaya ulat sutera.

"Lalu kami olah kepompong kosong jadi serat dan dipintal. Ini jadi serat yang organik dan biodegradable," ucap dia.

Produk KaIND sendiri menggunakan 50 persen bahan dasar sutra eri, yang mana bisa ditemukan pada produk kain tenun, selendang tenun, dan sleep eye mask.

Dari segi pewarnaan, Melie memanfaatkan pewarna alami seperti kulit pohon mangga dan daun secang, juga pewarna alami lainnya.

"Karena curah hujan di Pasuruhan terbilang tinggi, kami juga menggunakan air tadah hujan dalam produksi kami," terang dia.

Sejak awal, Melie memang tidak mengikuti tren seperti lazimnya industri fesyen. Ia fokus untuk menghadirkan slow fesyen yang ramah lingkungan kepada masyarakat.

Ia punya mimpi, masyarakat mulai dapat menggunakan produk ramah lingkungan dalam kegiatan sehari-hari.

"Sustainable fashion bukan sekadar tren tapi harus jadi masa depan, bukan satu dua tahun. Semoga masyarakat bisa beralih dari bahan seperti polyester, nylon, dan spandek ke serat alami misalnya, sutra, raji, katun, serat nanas," urai dia.

"Masyarakat perlu merasakan feel touch-nya organic fabric," timpal dia.

Saat ini yang jadi tantangan terbesar dalam dunia fesyen berkelanjutan adalah mengedukasi pasar. Sebab, terkadang harga produk yang berkelanjutan kerap berada di atas rata-rata pasar.

"Untuk itu kami sekaligus menceritakan, bagaimana proses pembuatan produk ini, dan bagaimana bahan-bahan itu diolah," tutur dia.

Dilansir dari akun Tokopedia, produk syal di KaIND sendiri dapat ditebus dengan harga berkisar Rp 300.000 sampai Rp 700.000.

Sementara, kain tenun dengan ukuran 3 x 1 meter dibanderol dengan harga berkisar Rp 1,5 juta.

https://money.kompas.com/read/2022/12/16/120200926/cerita-melie-bangun-kaind-fesyen-ramah-lingkungan-asal-pasuruhan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke