Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[OPINI KOMPASIANER] Menyikapi Pemutusan Hubungan Kerja Tiba-tiba

KOMPASIANA---Kecemasan akan adanya gelombang PHK masih menjadi momok yang ditakutkan angkatan kerja.

Tidak hanya mereka yang sudah lama bekerja, tapi bagi yang masih di usi produktif pun takut akan hal tersebut: karena kian sulitnya mencari pekerjaan baru.

Pemutusan hubungan kerja ini bisa disebabkan banyak faktor. Untuk saat ini, misalnya, industri manufaktur (khususnya padat karya) mengalami penurunan permintaan ekspor.

Lantas, bagaimana kita mesti menyikapi kondisi saat ini? Jika mengalami PHK, bagiamana kita bisa keluar dan bangkit dari kondisi demikian?

Berikut ini beragam opini Kompasianer mengenai ancaman PHK yang bisa datang kapan saja.

1. PHK, Cooling Down Lalu Melanjutkan Pekerjaan Lain

Kompasianer Gregorius Nafanu menceritakan pengalamannya ketika di-PHK beramai-ramai pada 2017.

Sebenarnya ada 2 opsi yang ditawarkan perusahaannya saat itu, (1) menerima PHK dan perusahaan membayar seluruh hak pekerja. Atau, (2) tetap bekerja dengan penurunan standar gaji.

"Dan hasilnya, rata-rata pekerja dengan lama kerja di atas 3 tahun memilih di-PHK. Tentu saja, perusahaan harus memenuhi seluruh hak pekerja," tulis Kompasianer Gregorius Nafanu.

Setelah itu, ada 4 hal penting yang dilakukan menjelang, saat, dan setelah diterminasi dari perusahaan. (Baca selengkapnya)

2. Dari Kerja Kantoran ke Dunia Freelance Pasca PHK

Setelah terkena PHK, Kompasianer Isur Suryati menyarankan untuk jadi pekerja lepas atau freelance saja: dunia freelance menawarkan banyak kesempatan bagi para profesional.

Apalagi bagi mereka yang memiliki keterampilan dan pengalaman yang berguna.

Hal tersebut bisa diterapkan dalam pekerjaan freelance, terutama dalam bidang seperti penulisan teknis, pengeditan, penulisan konten, dan pekerjaan administratif.

"Sebagai seorang freelancer memiliki kendali atas jadwal kerjanya dan dapat menentukan kapan dan di mana ingin bekerja," tulis Kompasianer Isur Suryati. (Baca selengkapnya)

3. Tepis Kekhawatiran PHK dengan Persiapan Menjadi Wirausaha

"Kecewa dan hancur bukan menjadi pilihan kalau kita terkena PHK karena itu tidak merubah apapun bahkan membuat kita semakin hidup tidak terarah," tulis Kompasianer Budi Idris.

Agar hal buruk tidak terjadi, lanjutnya, saat kita terkena PHK sebaiknya kita mempersiapkan diri menjadi seorang wirausaha walaupun kita masih bekerja.

Nah, saat masih punya pekerjaan sebaiknya kita menyisihkan penghasilan untuk persiapan jika nanti kita tidak bekerja lagi atau terkena PHK secara mendadak.

Paling tidak di tabungan senilai 6 bulan gaji kita saat bekerja, ini untuk memberikan titik aman bagi finansial. (Baca selengkapnya)

4. Cerita dari Dampak PHK Massal 2020

Pandemi covid-19 masih menyisakan pengalaman buruk bagi sebagian orang.

Beragam sektor terdampak, penawaran dan permintaan akan barang dan jasa mengalami penurunan begitu drastis.

Sedangkan sektor ekonomi yang dikategorikan merosot, menurut Kompasianer Sandi Aprilian, selama lockdown antara lain pariwisata, sosial, pertanian, industri, transportasi dan lain sebagainya.

"Kisah pemuda tersebut adalah salah satu cerita 'hilang arah' korban PHK di lingkungan menengah ke bawah," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

***

Ingin tahu opini maupun pengalaman Kompasianer lainnya terkait ancaman PHK, silakan ikuti Topik Pilihan: SETELAH TERKENA GELOMBANG PHK.

https://money.kompas.com/read/2023/02/19/231606926/opini-kompasianer-menyikapi-pemutusan-hubungan-kerja-tiba-tiba

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke