Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ekonom: Target Jokowi Pangkas Kemiskinan Ekstrem Jadi Nol Persen di 2024 Terlalu Ambisius

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom menilai target pemerintah untuk mencapai tingkat kemiskinan ekstrem nol persen di 2024 merupakan target yang terlalu ambisius. Target itu dinilai sangat sulit untuk dicapai.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, kemiskinan ekstrem sulit dihapus dalam waktu dekat karena permasalahannya bersifat stuktural, alias berskala besar dan mendasar yang sudah terjadi sejak lama.

"Target pemerintah (menekan kemiskinan ekstrem) masih overshoot. Kemiskinan ekstrem sulit ditekan karena masalah kerak kemiskinan bersifat struktural seperti akses pendidikan dan kesehatan," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (21/2/2023).

Padahal, lanjut Bhima, saat ini siklus ekonomi baru melalui proses pemulihan dari pandemi Covid-19, di mana lapangan kerja belum dalam kondisi yang optimal. Masalah pengendalian inflasi pun membuat penurunan angka kemiskinan menjadi lebih menantang.

Sebagian besar penduduk miskin ada di sektor pertanian, sehingga terdapat dua tekanan, sebagai produsen mengalami kenaikan biaya produksi, dan sebagai konsumen harga pangan yang mahal membuat pengeluaran meningkat.

"Jadi PR (pekerjaan rumah) pemerintah cukup banyak, anggaran terbatas. Pendataan untuk lakukan intervensi ke kantong kemiskinan pun perlu diperbaiki sehingga masyarakat yang ada di kerak kemiskinan bisa terbantu program pemerintah," papar Bhima.

Senada, Direktur Segara Institut Piter Abdullah Redjalam menyatakan, target di akhir masa pemerintahan Jokowi itu terlalu ambisus.

Padahal data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2022 tingkat kemiskinan ekstrem masih 2,04 persen, hanya turun tipis dari posisi dui Maret 2021 yang sebesar 2,14 persen.

"Targetnya terlalu ambisius ya. Niat baik Pak Jokowi menurut saya baik sekali. Tapi saya kira akan sangat sulit mewujudkannya," kata dia.

Menurutnya, perlu keajaiban untuk membuat kemiskinan ekstrem bisa turun menjadi nol persen hanya dalam kurun waktu dua tahun.

"Untuk turun jadi nol persen perlu keajaiban agar bisa mewujudkannya," pungkas Piter.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, bahwa Presiden Jokowi memberikan arahan untuk tingkat kemiskinan ekstrem bisa turun menjadi nol persen di 2024.

Hal itu berdasarkan hasil rapat terbatas (ratas) terkait Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) tahun 2024.

"Penurunan kemiskinan ekstrem mencapai 0 persen akan diupayakan pada tahun 2024," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers usai ratas di Istana Negara, Senin (20/2/2023).

Adapun pada dasarnya target tersebut telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019-2024.

Seiring dengan target menurunnya kemiskinan ekstrem, maka target tingkat kemiskinan secara menyeluruh akan turun. Pemerintah membidik tingkat kemiskinan secara umum turun menjadi di kisaran 6,5 persen-7,5 persen di 2024.

BPS mencatat per September 2022, tingkat kemiskinan sebesar 9,57 persen, naik dari posisi di Maret 2022 yang sebesar 9,54 persen, namun turun dibandingkan September 2021 yang sebesar 9,71 persen.

"Maka dari kebutuhan untuk pendanaannya (menurunkan tingkat kemiskinan) juga akan dilakukan prioritas untuk tahun ini dan tahun depan," kata bendahara negara itu.

https://money.kompas.com/read/2023/02/21/204000326/ekonom--target-jokowi-pangkas-kemiskinan-ekstrem-jadi-nol-persen-di-2024

Terkini Lainnya

Nasabah Jiwasraya yang Setuju Restrukturisasi ke IFG Life Terus Bertambah

Nasabah Jiwasraya yang Setuju Restrukturisasi ke IFG Life Terus Bertambah

Whats New
Bank DKI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 hingga 30 Juni 2024, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Bank DKI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 hingga 30 Juni 2024, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Kemendag Rilis Daftar 11 Komoditas dengan Perubahan Lartas, Apa Saja?

Kemendag Rilis Daftar 11 Komoditas dengan Perubahan Lartas, Apa Saja?

Whats New
Wafatnya Presiden Iran Diyakini Tak Berdampak Signifikan ke Perekonomian Global

Wafatnya Presiden Iran Diyakini Tak Berdampak Signifikan ke Perekonomian Global

Whats New
Anomali Harga Emas yang Terus-terusan Cetak Rekor Tertinggi

Anomali Harga Emas yang Terus-terusan Cetak Rekor Tertinggi

Whats New
Menhub Curhat Kurangnya Komitmen Pemda Bangun Transportasi Massal

Menhub Curhat Kurangnya Komitmen Pemda Bangun Transportasi Massal

Whats New
Demi Jaga Integritas Perkebunan, Kementan Adakan Sosialisasi SPI

Demi Jaga Integritas Perkebunan, Kementan Adakan Sosialisasi SPI

Whats New
Kementerian BUMN Beberkan Penyebab Terjadinya Indikasi Korupsi di Biofarma

Kementerian BUMN Beberkan Penyebab Terjadinya Indikasi Korupsi di Biofarma

Whats New
Jadwal Operasional BCA Selama Libur 'Long Weekend' Waisak 2024

Jadwal Operasional BCA Selama Libur "Long Weekend" Waisak 2024

Whats New
14 Etika E-mail Profesional yang Perlu Diketahui

14 Etika E-mail Profesional yang Perlu Diketahui

Work Smart
Ini Penyebab Indofarma Mandek Bayar Gaji Karyawan

Ini Penyebab Indofarma Mandek Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Singapura Promosikan Diri Jadi Tuan Rumah Konferensi dan Pameran

Singapura Promosikan Diri Jadi Tuan Rumah Konferensi dan Pameran

Whats New
Bank DKI Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Bank DKI Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Belanda Mau Investasi Energi Terbarukan di RI Senilai Rp 10,16 Triliun

Belanda Mau Investasi Energi Terbarukan di RI Senilai Rp 10,16 Triliun

Whats New
Mau Bangun KRL Surabaya-Sidoarjo, Menhub Gandeng Bank Pembangunan Jerman

Mau Bangun KRL Surabaya-Sidoarjo, Menhub Gandeng Bank Pembangunan Jerman

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke