Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Senyum Tulus Menghantar Kepuasan Pelanggan

PROFIL orang Indonesia yang umumnya dikenal ramah dan murah senyum telah diketahui publik mancanegara.

Hasil survei Gallup Global Emotions pada 2022 yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-2 setelah Panama sebagai negara dengan penduduk yang memperlihatkan emosi positif setiap hari, seolah mengonfirmasi pandangan itu.

Emosi positif dapat dilukiskan dengan wajah yang memancarkan senyum. Orang Indonesia dipandang suka menebar senyum, sekalipun dengan orang yang tidak dikenal. Keramahan alami yang sulit ditemukan bangsa lain di belahan dunia manapun.

Tersenyum telah diakui sebagai tampilan universal dan secara lintas budaya dipahami sebagai tanda kebahagiaan dan suka cita (Ekman, 1992; Ekman & Friesen, 1969).

Maka terdapat kesepakatan yang sangat kuat (mungkin di atas 90 persen) di antara orang-orang dari latar belakang budaya barat dan timur, tanpa memperhatikan usia dan jender, bahwa untuk menentukan seseorang berbahagia atau tidak, semata-mata dengan melihat wajahnya (Ekman dan Friesen, 1971).

Senyum sebagai sinyal positif telah lama diterapkan dalam bidang pemasaran, khususnya terkait dengan bisnis ritel dan jasa.

Karyawan diminta untuk menawarkan jasa dengan senyum karena pelanggan mengaitkan perilaku tersebut sebagai layanan yang berkualitas tinggi (Rafaeli dan Sutton, 1987).

Emosi positif yang ditampilkan dalam wajah karyawan yang tersenyum menghasilkan tiga hasil positif bagi perusahaan (Rafaeli dan Sutton, 1987).

Pertama, pendapatan segera yang dihasilkan berupa penjualan. Pendekatan dengan calon pelanggan yang diikuti oleh wajah tersenyum karyawan akan mendorong kemungkinan terjadinya penjualan. Tidak ada pelanggan yang mau dilayani dengan wajah cemberut.

Kedua, efek jangka panjang berupa loyalitas dari pelanggan. Senyum dapat mendorong terciptanya kepuasan pelanggan yang memperbesar kemungkinan pelanggan untuk loyal.

Ketiga, positive word-of-mouth. Pelayanan penuh senyum akan menjadi buah bibir pelanggan, bercerita kepada kolega atau melalui unggahan di media sosial mengenai pengalaman manis yang dialami.

Sejumlah penelitian mendukung pandangan ini. Emosi positif yang ditampilkan dan perilaku seperti tersenyum, memberi salam, ekspresi rasa syukur dan membangun eye contact dengan pelanggan akan meningkatkan pengaruh positif bagi pelanggan (Trougakos dkk, 2011) dan meningkatkan konsumsi aktual atau pemberian tip (Otterbring dkk, 2013).

Tidd dan Lockard (1978) menemukan bahwa seorang pramusaji yang melayani pelanggan dengan senyum yang kuat tidak hanya meningkatkan sejauh mana pelanggan tersenyum, tetapi juga menarik tip yang jauh lebih besar, baik dari pelanggan pria maupun wanita.

Selanjutnya, emosi positif yang ditampilkan karyawan akan meningkatkan kemauan pelanggan untuk kembali ke toko, membangun word-of-mouth positif dan intensi pembelian di masa depan (Tsai dan Huang, 2002).

Memang masih terdapat hasil penelitian yang tidak konsisten seperti, misalnya, tampilan emosi positif karyawan tidak selalu memberikan efek positif atau tidak memberikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan.

Perbedaan hasil tersebut bisa jadi karena perbedaan metode pengukuran ketika penelitian dilakukan.

Implikasi praktis

Selanjutnya Kulczynski dan kawan-kawan (2016) menemukan bahwa iklan yang menampilkan selebriti dengan ekspresi wajah tersenyum menghasilkan tingkat perasaan menyenangkan yang lebih tinggi di antara penilai (rater).

Skor akan diberikan tinggi jika selebriti tampil dengan wajah tersenyum, bukan datar atau sebaliknya.

Kepuasan pelanggan terkait erat dengan loyalitas konsumen (Oliver, 1999) yang merupakan faktor kunci dalam menentukan keputusan pembelian pelanggan (Taylor dan Baker, 1994) dan dapat digunakan untuk memprediksi berbagai hasil keuangan (Gupta dan Zeithaml, 2006).

Oleh karena itu, pelanggan yang puas lebih mungkin untuk kembali ke toko (Tsai dan Huang, 2002) dan menyampaikan word-of-mouth yang positif tentang toko (Tsai, 2001).

Oleh karena itu, manajer harus mendorong dan berpotensi melatih karyawan untuk bertindak dengan cara yang berhubungan dengan emosi positif.

Selain itu, seharusnya lebih mudah bagi perusahaan untuk mempekerjakan karyawan yang pandai menampilkan emosi positif.

Namun, kehati-hatian harus dimunculkan terkait keaslian senyum karyawan dan perilaku positif lainnya yang ditampilkan.

Senyum yang "dipalsukan" mungkin memiliki efek negatif pada kepuasan pelanggan, karena tampilan emosi yang tidak autentik telah terbukti mengurangi keramahan karyawan serta kepuasan pelanggan (Wang dan Groth, 2014).

Hennig-Thurau dan kawan-kawan (2006) menyarankan bahwa keaslian tampilan emosional oleh karyawan garis depan dan ketulusan staf berinteraksi dengan pelanggan mungkin merupakan pendorong yang lebih kuat dari hasil layanan ketimbang kebijakan yang mengharuskan orang untuk tersenyum dengan biaya berapa pun.

Hal ini menunjukkan bahwa pebisnis harus berusaha menciptakan atmosfer toko yang menyenangkan bagi karyawan sehingga perasaan dan perilaku yang ditampilkan oleh karyawan garis depan adalah alami.

Dengan mempertimbangkan temuan ini, senyum yang ditampilkan karyawan harus memainkan peran kunci dalam kesuksesan jangka panjang berbagai perusahaan ritel dan jasa.

Sumber daya manusia Indonesia yang dikenal murah senyum tentu memberikan modal kuat bagi bisnis ritel dan jasa untuk memberikan layanan yang jauh lebih baik lagi.

Seolah tak bosan untuk terus mengingatkan, “Sudahkah tersenyum tulus hari ini?”

*Dosen Tetap Program Studi Sarjana Manajemen, Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara, Jakarta.

https://money.kompas.com/read/2023/03/10/091256526/senyum-tulus-menghantar-kepuasan-pelanggan

Terkini Lainnya

Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Work Smart
PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

Whats New
MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

Whats New
Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Whats New
Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Whats New
Kominfo Kembali Buka Pendaftaran Startup Studio Indonesia, Ini Syaratnya

Kominfo Kembali Buka Pendaftaran Startup Studio Indonesia, Ini Syaratnya

Whats New
41 PSN Senilai Rp 544 Triliun Dikebut Rampung 2024, Ini Kendala Pembangunannya

41 PSN Senilai Rp 544 Triliun Dikebut Rampung 2024, Ini Kendala Pembangunannya

Whats New
Bangun Smelter, Tahun Ini ADMR Alokasikan Capex hingga 250 Juta Dollar AS

Bangun Smelter, Tahun Ini ADMR Alokasikan Capex hingga 250 Juta Dollar AS

Whats New
Simak, 6 Tips Menjaga 'Work Life Balance'

Simak, 6 Tips Menjaga "Work Life Balance"

Work Smart
Haji Khusus dan Haji Furoda, Apa Bedanya?

Haji Khusus dan Haji Furoda, Apa Bedanya?

Whats New
Potensi Ekonomi Syariah Besar, BSI Gelar Pameran Produk Halal

Potensi Ekonomi Syariah Besar, BSI Gelar Pameran Produk Halal

Whats New
AXA Mandiri Lakukan Penyesuaian Premi Imbas dari Tingginya Inflasi Medis

AXA Mandiri Lakukan Penyesuaian Premi Imbas dari Tingginya Inflasi Medis

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke