Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pasca-Kebangkrutan Silicon Valley Bank

Alasan "Too Big To Fail" bagi Silicon Valley akan bergema pada tahun-tahun mendatang, dan membawa tantangan baru yang signifikan bagi industri startup, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Dunia startup dan modal ventura telah mengalami kondisi buruk menjadi lebih buruk. Setelah satu tahun pergolakan — anjloknya valuasi saham, terjadi merger dan akuisisi, IPO yang tidak aktif, dan PHK besar-besaran — industri digital sekarang kehilangan institusi primadona yang hampir memicu kepanikan keuangan nasional.

Harus diakui adanya peran besar yang dimainkan Silicon Valley Bank dalam ekosistem startup. Runtuhnya pilar bank startup tersebut ini disesali oleh para investor yang dulu meyakini bahwa SVB adalah mitra bisnis paling penting di Silicon Valley selama 40 tahun terakhir.

Sementara bank lain menghindari bekerja sama dengan perusahaan startup, tetapi SVB telah menjadikan perusahaan ini sebagai target pelanggannya, menyediakan layanan perbankan penting serta memberikan pinjaman usaha dan jenis kredit lainnya.

Sebelum kebangkrutrannya, SVB telah menggerakkan sekitar setengah dari semua perusahaan startup di AS.

Para bankir SVB mengenal perusahaan-perusahaan ini secara pribadi, dan jika mereka mendapat masalah, SVB selalu mencoba mencari cara untuk membantu, bahkan jika itu harus melanggar persyaratan pinjaman mereka.

Dalam waktu dekat, hilangnya SVB berarti dunia startup yang selama ini berputar menjadi sedikit lebih dingin.

Pertama dan terpenting, ini berarti bahwa startup kehilangan mitra utama dan sumber modal karena lingkungan penggalangan dana semakin sulit.

SVB adalah penerbit utang ventura terbesar di ekosistem startup. Orang-orang di luar industri teknologi mungkin tidak menyadarinya, tetapi banyak startup akan mengambil pinjaman setelah mereka mengumpulkan modal ekuitas. Dan mereka sering pergi ke SVB untuk mendapatkan pinjaman itu.

Sebagai syarat untuk mendapatkan pinjaman, SVB akan meminta perusahaan untuk menyimpan sebagian besar jika tidak semua uang mereka.

Pinjaman tersebut memungkinkan perusahaan untuk menghindari penyerahan ekuitas yang lebih mahal, sambil memberi mereka sumber modal yang lebih murah, memungkinkan mereka untuk mengembangkan perusahaan mereka dan melanjutkan operasi di sela-sela meningkatkan pembiayaan ekuitas.

Penyedia utang ventura akan membebankan suku bunga tinggi, dengan harapan pinjaman akan dilunasi melalui putaran penggalangan dana di masa mendatang.

Pada tahun-tahun awalnya, Facebook mengumpulkan 100 juta dollar AS dalam bentuk utang ventura untuk membayar inventory dan pusat data.

Sebagai jaminan, perusahaan akan memasang kekayaan intelektual mereka seperti paten, merek dagang, atau aset lainnya.

Tanpa SVB, sekarang startup akan jauh lebih sulit untuk mendapatkan pinjaman. Bahkan jika penyelamat muncul dan membeli bagian bank dari perusahaan induk, pemilik baru, tanpa hubungan puluhan tahun dan pengetahuan institusional, tidak mungkin menunjukkan tingkat fleksibilitas dan dukungan yang sama untuk komunitas startup.

Konsekuensi lain dari meningkatnya tantangan likuiditas adalah meningkatnya tekanan pada valuasi.

Jatuhnya penilaian pasar publik untuk perusahaan teknologi sudah memukul pasar. Putaran ke bawah terjadi ketika sebuah perusahaan mengumpulkan uang dengan penilaian yang lebih rendah dari pembiayaan sebelumnya, dan merusak moral karyawan karena ekuitas mereka bernilai lebih rendah dari sebelumnya.

Prospek Industri Start-up

Jangka panjang, jatuhnya SVB adalah noda hitam pada reputasi Silicon Valley. Startup dan investor telah membuat keputusan bisnis yang buruk.

Itulah alasan besar mengapa pemerintah turun tangan dengan cepat untuk menyelamatkan para deposan. Ini sebagian besar adalah kegagalan bank, bukan hanya kegagalan startup.

Namun mengingat peran besar yang dimainkan SVB dalam ekosistem dan dalam koridor kekuasaan negara bagian dan federal, ledakan sebesar ini akan membawa kerusakan tambahan pada reputasi ekosistem secara keseluruhan.

Akhirnya, penyelamatan deposan bank akan membawa lebih banyak pengawasan terhadap ekosistem dan kemungkinan besar akan mengarah pada lebih banyak litigasi dan regulasi yang lebih ketat.

Presiden AS Joe Biden telah berjanji untuk mendorong peraturan perbankan yang lebih kuat dan meminta pertanggungjawaban penuh orang-orang yang bertanggung jawab atas kekacauan ini.

Ekosistem startup adalah angsa emas ekonomi AS dan telah memicu kecemburuan dunia. Banyak pengusaha dan investor datang bersama-sama dan memberikan dukungan yang luar biasa untuk membantu perusahaan mengatasi krisis ini selama seminggu terakhir, tetapi sudah terlambat.

Industri akan belajar dari kesalahannya, seperti memiliki manajemen tresuri yang lebih baik, dan pelaku baru akan melihat ini sebagai peluang untuk menghadirkan lebih banyak inovasi guna memperkuat ketahanan Lembah.

Namun jatuhnya institusi dasar seperti SVB belum pernah terjadi sebelumnya, dan shock berikutnya mungkin akan terasa dalam waktu yang tidak lama.

Hampir seluruh perusahaan startup di Indonesia, telah mem-PHK karyawan. Di dunia pun terjadi hal yang sama. Google, Silicon valley, dan lainnya semua mem-PHK karyawan.

Perusahaan startup pun harus kembali ke tujuan inti, yaitu mencari keuntungan. Tidak ada lagi menjual valuasi dan sebagainya. Istilah ‘membakar uang’ telah berakhir pada 2022.

Saham startup pun tidak lagi laku. Lebih ngeri lagi taktik pemegang saham memaksa keluar lewat go publik.

https://money.kompas.com/read/2023/03/20/070000326/pasca-kebangkrutan-silicon-valley-bank

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke