Adapun penurunan pendapatan perusahaan yang berkegiatan melalui kilang LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan pabrik Amoniak itu terutama disebabkan oleh harga komoditas yang rendah, serta kegiatan pemeliharaan terjadwal pabrik Amoniak.
“Penurunan perndapatan akibat harga komoditas yang lebih rendah serta penutupan dan pemeliharaan terjadwal pabrik Amoniak yang selama 3 minggu,” kata Corporate Secretary ESSA Shinta D. U. Siringoringo dalam siaran pers Jumat (28/4/2023).
“Saat ini, pabrik Amoniak yang telah beroperasi dengan produktivitas yang optimal dan efisien setelah berhasil menyelesaikan kegiatan pemeliharaannya,” tambah Shinta.
Shinta juga menjabarkan, harga Amoniak global melemah pada kuartal I-2023, terutama pada Bulan Maret seiring dengan harga energi global yang kembali normal, sementara itu jumlah permintaan masih dalam pemulihan secara bertahap.
Selanjutnya, dengan dibukanya kembali ekonomi China setelah Covid-19, membaiknya permintaan di sektor pupuk, dan Eropa yang tetap berada di bawah tekanan harga gas yang tinggi, ESSA memperkirakan harga Amoniak akan kembali normal ke tingkat yang lebih sehat pada paruh kedua tahun ini.
Sehubungan dengan progress Proyek Blue Ammonia, dan didukung oleh JOGMEC (Japan Oil, Gas, and Metals National Corporation), Mitsubishi Corporation, Pertamina, dan LAPI ITB, ESSA juga telah menyelesaikan Tahap 1 studi carbon capture dan sequestration.
“Saat ini Tahap 2 studi kelayakan sedang berlangsung. Proyek ini akan menjadi tonggak penting bagi ESSA karena bertujuan untuk menjadi perusahaan pertama di Asia Tenggara yang memproduksi Blue Ammonia di tahun-tahun mendatang,” kata Shinta.
https://money.kompas.com/read/2023/04/29/140000826/harga-amoniak-turun-pendapatan-essa-turun-45-persen-pada-kuartal-i-2023