Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Indonesia-China Dorong Kerja Sama Penguatan Industri 4.0, Kendaraan Listrik, hingga Bioprospektif

KOMPAS.com – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Indonesia dan China mendorong peningkatan kerja sama melalui beberapa kolaborasi potensial di sektor industri.

“Pada pertemuan dengan Menteri Jin Zhuanglong, setidaknya ada empat inisiatif baru kerja sama industri yang ditawarkan oleh MIIT. Indonesia menyambut baik tawaran kerja sama yang disampaikan RRT,” ujarnya di Jakarta, Kamis (6/7).

Agus mengatakan itu usai bertemu dengan Menteri Industri dan Teknologi Informasi (Minister of Industry and Information Technology/MIIT) China Jin Zhuanglong, Selasa (4/7/2023).

Dalam pertemuan itu, terdapat empat inisiatif yang ditawarkan China, yaitu kelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) China Forum on Emerging Industries dan Ministerial Dialogue on Industry, penguatan kerja sama pada emerging industries, kerja sama terkait dengan Industri 4.0 dan new energy vehicle (NEV), serta kerja sama terkait photovoltaic (PV).

Agus menyambut inisiatif kerja sama yang ditawarkan, yakni mengundang industri teknologi informasi di China untuk meningkatkan investasi di Indonesia.

Sebab, ha itu sejalan dengan upaya transformasi teknologi industri untuk memperkuat Industri 4.0 di Indonesia.

“Kami melihat industri asal China memiliki kekuatan besar di sektor ini, misalnya Huawei yang sebelumnya telah kami kunjungi pabriknya,” sebutnya dalam siaran pers, Jumat (7/7/2023).

Selain itu, kerja sama antara Indonesia dengan China yang selama ini telah terbangun mampu menciptakan lapangan kerja serta memperkuat hilirisasi di Indonesia.

Agus juga menyambut peluang-peluang untuk mengoptimalkan kerja sama yang telah terjalin sebelumnya, antara lain di bidang electric vehicle (EV) dan NEV.

Indonesia menargetkan untuk menjadi hub produsen kendaraan listrik di kawasan yang berdaya saing global.

Kebijakan itu juga memberikan ruang bagi kerja sama, khususnya dengan pemerintah China dan sektor swastanya yang dijain dalam kesempatan itu.

Kesiapan Indonesia dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik merupakan modal penting bagi kerja sama dengan China.

Di sisi lain, China merupakan produsen terbesar EV yang pangsa pasarnya mencapai sepertiga dari produksi global.

“Kerja sama ini akan dapat mewujudkan cita-cita ASEAN menjadi lebih hijau dan berkelanjutan,” paparnya.

Terkait perjanjian ASEAN-China Free Trade Area (ASEAN-China FTA) yang telah diimplementasikan sejak 1 Januari 2010, Agus mengharapkan proses perundingan dapat berjalan baik sehingga mampu menyempurnakan hal yang sudah ada.

“Khususnya pada isu-isu inisiatif baru, seperti ketahanan rantai pasok, ekonomi digital, ekonomi hijau dan konektivitas,” jelasnya.

Tawaran Indonesia

Selain tawaran kerja sama dari RRT, Indonesia turut mengusulkan potensi kerja sama lainnya, yakni terkait industri farmasi dan industri hijau.

Agus menyampaikan, kendala industri farmasi di Indonesia saat ini adalah bahan baku obat belum dieksplorasi sehingga masih bergantung pada impor.

Indonesia mengharapkan adanya pengembangan investasi dari China atas bahan baku obat selain paracetamol.

“Sistem kesehatan Indonesia saat ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia, menjangkau 240 juta penduduk dengan turnover value mencapai 40 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Karenanya, pendalaman struktur industri farmasi sangat penting untuk dilakukan,” jelasnya.

Kerja sama lain yang ditawarkan Indonesia adalah pengembangan industri hijau yang memprioritaskan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.

Industri hijau juga penting dengan meningkatnya kebutuhan pasar akan produk hijau serta peraturan tentang praktik berkelanjutan di pasar global seperti ecolabel, carbon tax, carbon border adjustment mechanism, environmental management system, atau sertifikat lain yang menjamin legalitas sumber daya.

Dalam hal ini, Agus mengharapkan Indonesia-China bisa bekerja sama untuk mengembangkan green products melalui industri bioprospektif yang memproses sumber daya biologis, termasuk tumbuhan, mikroorganisme, dan hewan.

“Salah satu potensi sumber daya untuk industri ini yang dimiliki Indonesia adalah rumput laut dan mikroalga yang dapat diproses menjadi bahan baku bio produk, seperti bagi bioplastic, biofuels, dan pupuk,” paparnya.

Agus juga berharap dapat segera berdiskusi dan menghasilkan perjanjian yang mengikat antara kedua negara terkait pengembangan manufaktur bagi kedua negara yang mencakup kerja sama akan mencakup pengembangan EV, photovoltaic, talent development, dan industri bioprospektif.

https://money.kompas.com/read/2023/07/07/095840126/indonesia-china-dorong-kerja-sama-penguatan-industri-40-kendaraan-listrik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke