Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Ekonomi China Lesu, tetapi AS Lebih Baik?

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memaparkan, kondisi ekonomi China sedang menghadapi tantangan.

"Ekonomi Tiongkok ini ternyata memang tidak sebaik yang kita bayangkan," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Erwindo Kolopaking, Sabtu (9/9/2023).

Ia menambahkan, pelaku ekonomi meyakini pada awal tahun akan ada stimulus tambahan dari China, akibat dari kondisi yang kurang baik. Hal tersebut diperparah dengan adanya utang di sektor rumah tangga yang tinggi.

"Kemudian, konsumsi dan kinerja properti memburuk," imbuh dia.

Pria yang karib disapa Dodo ini menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir pemerintah China mendukung pembangunan infrastruktur seperti jalanan dan bangunan.

Namun ketika peralihan ekonomi ke konsumsi, belum sepenuhnya bisa menopang kondisi perekonomian keseluruhan.

Dengan demikian, ketika kondisi ekonomi China melambat akan berdampak pada kondisi negara sekitar, termasuk Indonesia.

Punya kondisi berbeda, ekonomi Amerika Serikat (AS) ternyata tumbuh lebih baik dari perkiraan. Itu ditengarai datang dari stimulus yang diberikan pemerintah selama pandemi Covid-19.

Tabungan yang dimiliki masyarakat masih cukup untuk menopang sisi konsumsi. Kondisi ini membuat inflasi stabil di atas target The Fed.

Akibatnya, bank sentral AS tersebut diperkirakan akan menaikkan suku bunga, meskipun ada wacana untuk mundur sampai kuartal IV-2023.


"Ini dapat mendorong ketidakpastian di pasar keuangan," sebut Erwindo.

Sebelumnya, BI mengungkapkan pertumbuhan ekonomi China yang masih melemah dapat berdampak pada perekonomian Indonesia.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi China saat ini lebih rendah. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi lebih tinggi dan akan mencapai 4,5 sampai 5,3 persen pada 2023 dan 4,7 sampai 5,5 persen pada 2024.

Kondisi China ini disebabkan oleh keyakinan pelaku ekonomi yang melemah dan utang rumah tangga yang tinggi sehingga menurunkan konsumsi dan kinerja properti yang kemudian berdampak pada investasi.

"Bahkan (pertumbuhan ekonomi Indonesia) lebih tinggi dari China untuk tahun ini maupun tahun depan. China tahun depan kalau tidak salah 4,6 atau 4,7 persen," ujarnya saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (24/8/2023) lalu. 

https://money.kompas.com/read/2023/09/09/222621726/kenapa-ekonomi-china-lesu-tetapi-as-lebih-baik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke