Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menilai, kenaikan harga BBM non subsidi tidak akan berdampak signifikan terhadap laju inflasi nasional. Pasalnya, jenis BBM tersebut lebih banyak digunakan pribadi dibanding pelaku usaha.
Dengan demikian, kenaikan harga BBM nonsubsidi tidak menciptakan efek rembetan ke pergerakan harga komoditas kelompok lain.
"Jadi BBM nonsubsidi pada umunya dikonsumsi rumah tangga menengah atas terutama untuk konsumsi alat transportasi pribadi, sehingga dampaknya lebih dirasakan oleh pengeluaran rumah tangga tersebut," tutur dia, dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (2/10/2023).
Menurutnya, kenaikan harga itu menjadi berbeda dengan kenaikan harga BBM nonsubsidi jenis Pertalite pada September tahun lalu. Pada saat itu, kenaikan harga Pertalite membuat biaya produksi pelaku usaha meningkat, sehingga mengerek inflasi nasional secara signifikan.
"Jadi kalau boleh saya sampaikan, transmisi dari kenaikan harga BBM non subsidi ini relatif terbatas karena BBM non subsisdi ini pun hanya dirasakan oleh kelompok masyakat tertentu saja," ujar Amalia.
Namun, tingkat inflasi nasional masih terjaga di level 0,18 persen secara bulanan, dengan andil dari BBM terhadap inflasi sebesar 0,6 persen.
"Dampak penyesuaian harga BBM pada bulan ini lebih kecil, bila dibandingkan dengan kenaikan harga BBM pada September 2022," ucapnya.
https://money.kompas.com/read/2023/10/02/185000426/harga-pertamax-cs-naik-dinilai-tidak-berdampak-signifikan-ke-inflasi