Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Chatib Basri: Depresiasi Rupiah Hanya 2 Persen, Lebih Rendah dari Ringgit Malaysia

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan bahwa sejauh ini tingkat suku bunga masih akan naik dan mata uang rupiah akan mengalami depresiasi alias pelemahan.

Dia bilang, pelemahan rupiah masih lebih rendah jika dibandingkan dengan mata uang negara jiran, ringgit Malaysia.

“Depresiasi rupiah hanya sekitar 2 persen, lebih rendah daripada depresiasi ringgit Malaysia sekitar 8 persen atau yen Jepang yang lebih tinggi lagi,” kata Chatib di Jakarta, Selasa (24/10/2023).

Chatib mengatakan, depresiasi rupiah sebenarnya bisa dikelola dan tidak menjadi persoalan yang besar.

Menurut dia, langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga merupakan upaya memperlunak dampak volatilitas mata uang dan bukan mengendalikan levelnya.

Dia mengungkapkan, dalam situasi saat ini langkah-langkah makroprudensial perlu diambil. Meskipun ada perbedaan dengan kondisi pada tahun 2013, dirinya mengaku tidak terlalu khawatir mengingat depresiasi rupiah jauh lebih rendah.

“Opsi yang tersedia adalah meningkatkan suku bunga sambil mendorong kebijakan makroprudensial,” kata Chatib.

Namun, tantangan inflasi dalam situasi ini tidak hanya berasal dari kebijakan moneter, tetapi juga dapat berkaitan dengan tingginya harga atau volatile food, terutama karena beberapa negara melakukan batasan ekspor seperti kasus India, dengan beras.

“Solusinya harus datang dari sektor fiskal dan perdagangan. Perlindungan perlu diberikan kepada kelompok yang rentan,” tambahnya.

Di sisi lain, Chatib menyatakan bahwa ia tidak terlalu khawatir dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tetapi berbeda halnya dengan kenaikan harga beras. Sehingga, pemerintah dinilai perlu memberikan subsidi terkait harga makanan.

“Di saat yang sama, harga minyak juga mengalami kenaikan. Kebijakan fiskal Indonesia terkait energi memiliki pengaruh tertentu terhadap siklus harga minyak dan komoditas. Ketika harga energi naik, subsidi juga meningkat,” jelas dia.

Dalam hal ini, pemerintah perlu mengantisipasi dan mengalokasikan anggaran APBN untuk subsidi pangan dan menyerap kenaikan harga BBM.

Meskipun subsidi BBM dapat mempengaruhi neraca transaksi berjalan karena impor yang meningkat mempengaruhi nilai tukar, dan current account.

“Situasinya kompleks. Tapi hingga Agustus ini masih ada surplus APBN, ini menjadi ruang untuk alokasi anggaran dalam subsidi pangan dan sepantasnya negara mengambil tindakan untuk menstabilkan harga,” tegas dia.

Sebagai informasi, mata uang rupiah terus mengalami tren penurunan dimana pada April 2023 lalu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp 14.600-an, namun nilai tukar terus melemah hingga saat ini menjadi berada di level Rp 15.800-an.

Mengutip data Bloomberg, rupiah sore ini ditutup pada level Rp 15.849 per dollar AS. Rupiah menguat 84 poin atau 0,53 persen dibandingkan sebelumnya Rp 15.933 per dollar AS.

https://money.kompas.com/read/2023/10/24/172608026/chatib-basri-depresiasi-rupiah-hanya-2-persen-lebih-rendah-dari-ringgit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke