Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Survei Ungkap 70 Persen Karyawan Bohong di CV, tentang Apa Saja?

NEW YORK, KOMPAS.com - Melamar pekerjaan baru bisa menjadi hal yang sulit, tergantung pada perusahaan dan proses yang dijalani.

Banyak pencari kerja memiliki pengalaman buruk selama proses wawancara kerja, dan 42 persen kandidat menolak tawaran sebagai akibat langsung dari pengalaman wawancara kerja yang buruk.

Namun demikian, proses wawancara kerja berjalan dua arah. Aturan tak tertulis bagi pelamar kerja adalah jujur dan tidak bersikap kasar saat wawancara kerja.

Akan tetapi, sebuah survei menemukan bahwa tidak sedikit orang berbohong di CV, surat lamaran kerja, dan bahkan wawancara kerja. 

Dikutip dari Forbes, Selasa (7/11/2023), pada Agustus 2023, perusahaan ResumeLab mensurvei 1.914 peserta Job Applicant Behavior Survey dan menemukan bahwa tingkat kebohongan karyawan sangat tinggi selama proses rekrutmen.

Studi tersebut melaporkan bahwa tingkat kebohongan meningkat pada CV dan mencapai puncaknya selama wawancara kerja.

Kebohongan terbesar yang diungkapkan dalam CV adalah membumbui jabatan dan tanggung jawab secara umum (52 persen), melebih-lebihkan jumlah orang yang dipimpin (45 persen) dan melebih-lebihkan masa kerja (37 persen).

Adapun saat ditanya, “Apakah Anda pernah berbohong di CV?”, responden menyatakan hal sebagai berikut. 

Sebanyak 70 persen karyawan mengaku pernah berbohong dalam CV mereka dan 37 persen di antaranya mengakui bahwa mereka sering berbohong.

Sebanyak 37 persen responden menyatakan sering berbohong, 33 persen menyatakan berbohong sekali atau dua kali. Kemudian, sebanyak 15 persen responden menyatakan tidak berbohong tetapi dianggap berbohong.

Selain itu, sebanyak 15 persen responden menyatakan tidak pernah mempertimbangkan untuk berbohong.

Tidak hanya itu, sebanyak 76 persen karyawan mengakui bahwa mereka pernah berbohong dalam surat lamaran kerja, dan 50 persen di antaranya mengaku sering berbohong.

Adapun 80 persen karyawan mengaku pernah berbohong saat wawancara kerja, dan 44 persen di antaranya mengaku sering berbohong.

Pencari kerja paling banyak berbohong saat wawancara kerja, kemudian di surat lamaran kerja, dan di CV mereka.

Mereka yang memiliki gelar Master atau Doktor melaporkan insiden berbohong yang lebih tinggi di CV (58 persen sering berbohong, 27 persen pernah berbohong sekali atau dua kali, sehingga total 85 persen) dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki gelar sarjana (29 persen sering berbohong, 42 persen pernah berbohong sekali atau dua kali, sehingga total 71 persen), dengan mereka yang memiliki gelar sarjana paling sedikit berbohong (30 persen sering berbohong, 33 persen pernah berbohong sekali atau dua kali, sehingga total 63 persen).

Berbohong soal apa di CV? 

Kebohongan utama yang diungkapkan pencari kerja di CV adalah sebagai berikut. 

Berbohong dalam CV bukan hanya tidak etis, kata pakar karier Resumelab Agata Szczepanek, namun hal ini dapat menyebabkan lamaran pekerjaan Anda langsung ditolak, kehilangan peluang kerja, dan merusak reputasi Anda di mata perusahaan lain, terutama yang berada di industri yang sama.

“Kejujuran selalu menjadi kebijakan terbaik dalam lamaran kerja dan wawancaran kerja,” tegas Szczepanek.

“Daripada berbohong tentang riwayat pekerjaan, pendidikan, atau hal lainnya, para pekerja harus mencoba mengalihkan fokus ke pengalaman terkait dan keterampilan yang dapat mereka tawarkan,” ujarnya.

https://money.kompas.com/read/2023/11/07/140000026/survei-ungkap-70-persen-karyawan-bohong-di-cv-tentang-apa-saja-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke