Melansir data RTI pukul 09.19 WIB, IHSG berada pada level 6.934,69 atau melemah 0,39 persen (27,09 poin) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.961,79.
Sebanyak 169 saham melaju di zona hijau dan 220 saham di zona merah. Sedangkan 223 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1 triliun dengan volume 2 miliar saham.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus mengatakan, pelemahan IHSG didorong oleh sentimen risalah FOMC. Dari pertemuan The Fed bulan lalu, para pembuat kebijakan mengatakan bahwa mereka bersatu dalam strategi untuk melanjutkan kenaikkan tingkat suku bunga dengan hati-hati di masa yang akan datang.
Risalah juga mengungkapkan adanya pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut untuk mendorong inflasi mengalami penurunan sesuai dengan target dari The Fed.
Semua peserta yang berada di dalam komite telah sepakat bahwa mereka akan mengambil tindakan dengan hati hati, dan hasil keputusan kebijakan The Fed akan tetap berdasarkan Informasi yang masuk.
“Ini artinya secara arti luas, potensi kenaikkan itu tetap ada namun tetap berdasarkan data yang masuk. Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi melemah terbatas dengan support dan resistance di level 6.955 – 6.975,” kata Maximilianus dalam analisisnya.
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan, meskipun mengawali perdagangan melemah, tren pergerakan rupiah menguat hari ini. Sentimen yang membayangi pergerakan rupiah hari ini adalah risalah FOMC, yang menyatakan Bank Sentral AS masih tetap membuka peluang kenaikan bila data-data terutama data inflasi mendukung.
"Rupiah mungkin masih bisa menguat terhadap dollar AS hari ini setelah notulen rapat Bank Sentral AS mengindikasikan bahwa the Fed belum akan menaikan suku bunga acuannya ke depan karena inflasi AS menurun," kata Ariston kepada Kompas. com.
Selain itu, data penjualan rumah existing AS bulan Oktober menunjukkan penurunan 4,1 persen lebih rendah dari penurunan bulan sebelumnya 2,2 persen. Penurunan ini akibat suku bunga tinggi di AS. Pelemahan sektor perumahan bisa membantu menurunkan inflasi AS ke depannya.
Ariston memperkirakan rupiah berpotensi memguat ke arah Rp 15.400 per dollar AS sampai dengan Rp 15.380 per dollar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.500 per dollar AS.
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
https://money.kompas.com/read/2023/11/22/093854726/ihsg-melemah-di-awal-perdagangan-22-november-2023-220-saham-merah