Direktur Utama ASRI Joseph Sanusi Tjong mengatakan, perusahaan mengupayakan untuk melakukan pembayaran utang yang memiliki eksposur dengan dollar AS. Dia memperkirakan suku bunga tinggi akan berjalan lebih lama, sehingga perusahaan perlu melakukan beberapa strategi agar pendapatan tidak tergerus.
“Memang perusahaan mengupayakan agar tingkat utang kita terutama eksposur kita ke dollar AS bisa menurun mengingat saat ini suku bunga perbankan dan obligasi masih tinggi,” kata Joseph dalam Public Expose Live, Selasa (28/11/2023).
“Menurut kami, kondisi suku bunga tinggi ini akan berlangsung beberapa tahun, sehingga dengan suku bunga yang tinggi ini seharusnya utang bisa diturunkan, strateginya saat ini kami terus berupaya berbicara dengan berabgai pihak dan mempelajari opsi agar utang obligasi yang jatuh tempo pada 2025 ini bisa dilakukan penyelesaian dengan baik,” tambahnya.
Joseph berharap utang perusahaan bisa lebih wajar kedepannya. Dia juga menyadari bahwa bond perusahaan mencapai 585 juta dollar AS sebelumnya merupakan nominal yang cukup tinggi. Sehingga pihaknya menjalankan strategi dengan memindahkannya dalam bentuk utang bank.
“Bond ini masih terus mencari berbagai kemungkinan untuk menyelesaiannya. Saat ini kita ketahui suku bunga pinjaman atau kupon telah tinggi, dan jumlah bond kita itu sebelumnya mencapai 585 juta dollar AS, yang kita sadari ini terlalu besar, dengan trend suku bunga terus mengalami kenaikan,” jelasnya.
Untuk mengatasi hal itu, Joseph mengungkapkan pihaknya membutuhkan dana baru, yang bisa diambil apakah dari penjualan aset, atau dari bentuk pinjaman lainnya dalam rupiah yang bisa menurunkan tingkat pinjaman dollar AS.
“Tapi apakah kita akan melakukan aksi korporasi, tentu ini belum kita putuskan. Kita masih berbicara dengan berbagai pihak terkait opsi yang akan kita ambil dalam menyelesaikan pinjaman tersebut,” tegasnya.
Investor Relation Alam Sutera Tassa Remisha mengatakan per September 2023, utang perusahaan berada pada angkat Rp 6,3 triliun, dengan komposisi utang bank dan dollar AS. Jika dibanding dengan 2022, angka ini mengalami penurunan dimana saat itu utang perusahaan sebesar Rp 6,6 triliun.
“Komposisi untuk obligasi dollar AS turun sangat banyak dan kita switch ke bank loan. Tahun lalu kami juga sudah melakukan tender offer bond 2024, kami juga melkukan refinancing dengan bank loan sebagai cara memitigasi potensi forex lost. Kami mengurangi utang dollar AS kami, karena pendapatan kami hampir 100 persen dalam rupiah,” tegas Tassa.
https://money.kompas.com/read/2023/11/28/154856326/era-suku-bunga-tinggi-alam-sutera-siapkan-strategi-pelunasan-utang