Mirae Asset Perkirakan IHSG Bisa Tembus 8.100 pada 2024

JAKARTA, KOMPAS.com - Mirae Asset Sekuritas memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa menyentuh level 8.100 pada 2024. 

Menjelang akhir tahun 2023, IHSG diperkirakan mampu menyentuh level 7.200 - 7.300. Angka ini mengalami revisi, di mana sebelumnya Mirae Asset memperkirakan IHSG hingga akhir tahun bisa mencapai level 7.400.

“2024 kita memprediksi nilai wajarnya itu, IHSG bisa 8.100,” kata Head of Research Team Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy, di Jakarta, Kamis (14/12/2023)

Robertus mengatakan, pergerakan IHSG pada 2024 akan dipengaruhi beberapa sentimen. Di antaranya, kebijakan suku bunga The Fed hingga pesta demokrasi yang akan diselenggarakan pada Februari tahun depan.

“Nanti setelah kebijakan moneter bisa dilonggakan dan sudah ada kejelasan dari hasil pemilu, secara valuasi kita melihat IHSG layak dihargai lebih tinggi,” lanjut Robertus.

Di sisi lain, memasuki akhir tahun, IHSG masih memiliki potensi penguatan secara signifikan akibat aksi mempercantik portofolio oleh investor besar (window dressing) akhir tahun atau biasa disebut Santa Claus Rally terutama pada beberapa saham unggulan (blue chip).

Saham-saham unggulan itu dinilai masih memiliki valuasi yang cukup menarik untuk kembali diakumulasi. 

Beberapa dari saham tersebut adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). 

“IHSG di akhir tahun ini mengincar pada kisaran 7.200 sampai 7.300. Ini mungkin lebih rendah dari target sebelumnya, 7.400,” ujarnya. 

“Kita turut memperhitungkan adanya volatilitas global. Terakhir The Fed sudah menyatakan penyataan yang lebih dovish. Jadi kita masih meyakini mungkin menutup tahun ini, IHSG bisa berada di kisaran 7.200,” tegas dia.

Dia mengatakan, beberapa negara yang memiliki suku bunga lebih rendah, seperti Korea dan Jepang memiliki valuasi yang tinggi.

“Ini yang membuat kita menetapkan target optimis untuk 2024. Setelah nantinya ada penjelasan mengenai tingkat suku bunga, hasil pemilu, dan juga valuasi yang bisa terefleksi sepenuhnya oleh pelaku pasar, mengingat negara yang punya suku bunga lebih rendah itu memiliki valuasi yang tinggi,” ujar dia.