Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memanen Listrik dari Limbah, Solusi Energi Bersih Masa Depan

KOMPAS.com - Energi biomassa bisa dikatakan sebagai energi terbarukan yang perkembangannya sangat masif di Indonesia. Bahkan, pemanfaatannya dapat mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil secara signifikan.

Secara harfiah, biomassa adalah sebuah bentuk dari energi terbarukan yang berasal dari bahan organik seperti hewan dan tumbuhan. Biomassa mengandung energi yang pertama kali berasal dari matahari.

Tumbuhan menyerap energi matahari melalui fotosintesis, mengubah karbon dioksida dan air menjadi nutrisi (karbohidrat).

Energi dari organisme ini dapat diubah menjadi energi yang dapat digunakan melalui cara langsung dan tidak langsung. Biomassa dapat dibakar untuk menghasilkan panas (langsung), diubah menjadi listrik (langsung), atau diolah menjadi biofuel (tidak langsung).

Energi biomassa merupakan sumber bahan bakar yang penting di berbagai negara. Di Indonesia, sumber biomassa terbesar adalah limbah sisa pengolahan crude palm oil (CPO).

Selama beberapa tahun, limbah dari minyak sawit terkadang menyisakan masalah. Keberadaan biomassa ini acap kali menjadi polemik kalau dibuang sembarangan atau dibiarkan begitu saja.

Menurut data Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), dari yang awalnya dianggap limbah yang jadi masalah, pemanfaatan biomassa dari sawit terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Dari semua biomassa sawit yang ada, sebanyak 70 persen merupakan pelepah pohon sawit, sedangkan tandan buah kosong mencapai 10 persen, dan batang sawit mencapai 5 persen.

Sebanyak 89 persen dari total biomassa yang dihasilkan umumnya digunakan sebagai bahan bakar, mulsa, dan pupuk. Biomassa juga bisa diubah menjadi bio batu bara sebagai pengganti batu bara.

Penggunaan bio pelet atau bio batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik lebih ramah lingkungan karena bisa mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pembangkit listrik biomassa

Pembangkit listrik berbahan bakar biomassa juga bisa diintegrasikan dengan pabrik pengolahan kelapa sawit sehingga menjadi sumber energi terbarukan selalu tersedia. Keberadaannya sekaligus juga mendatangakan manfaat besar bagi masyarakat.

Salah satu upaya yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dalam memanfaatkan potensi biomassa yakni dengan pengembangan co-firing.

Co-firing merupakan pencampuran biomassa dengan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) terus digenjot untuk mengakselerasi transisi energi.

Program co-firing diharapkan dapat menyumbang 1,73 gigawatt (GW) terhadap bauran energi baru terbarukan (EBT) yang ditargetkan dapat mencapai 23 persen (19,9 GW) pada 2025. Produksi listrik dari biomassa pada 2025 pun ditargetkan mencapai 12,71 terrawatt hour (TWh).

Executive Vice President of Energy Transition and Sustainability PLN Kamia Handayani mengatakan, pihaknya berkomitmen tidak akan membangun PLTU baru berbasis batu bara, kecuali yang sudah masuk dalam daftar Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).

Sementara untuk PLTU sudah beroperasi saat ini akan dilakukan co-firing dengan biomassa.

"Untuk PLTU eksisting, kami sudah melakukan uji coba co-firing di 2020. Kami lakukan co-firing pada biomassa dan sudah mulai diimplementasikan komersial, jadi enggak cuma uji coba lagi," ujar Kamia dalam acara Green Economy Forum di Hotel Kempinski, Jakarta, dikutip pada Kamis (28/12/2023).

Dia menuturkan, hingga 2022, PLN sudah melakukan co-firing dengan biomassa di 37 lokasi pembangkit listik. Hingga saat ini, dengan co-firing yang dilakukan, telah menurunkan sebanyak 1 juta ton emisi karbondioksida.

"Targetnya, hingga 2025 kami ingin melakukan co-firing di 52 pembangkit," imbuh dia.

Kamia menambahkan, PLN juga telah menghapus rencana pembangunan PLTU dengan total kapasitas 13,3 GW dan menambah kapasitas energi baru dan terbarukan (EBT) hingga 20,9 GW.

Maka secara keseluruhan, dia bilang, PLN telah mampu mengurangi miliaran ton emisi karbondioksida.

"Jadi hitungannya sudah miliar ton kalau bicara PLTU skala 13,3 GW dibatalkan di RUPTL," kata dia.

Menurut Kamia, bauran pembangkit EBT PLN sudah mencapai 13 persen saat ini. Komposisi energi bersih itu banyak dipasok oleh pembangkit berbasis hidro dan panas bumi atau geothermal.

"Itu energi terbarukan yang bisa memenuhi kebutuhan dasar dan berkelanjutan. Kalau lihat geothermal itu dalam setahun kapasitas produksi listriknya 80-90 persen, sama atau bahkan lebih baik dari PLTU," beber Kamia.

Senada dengan Kamia, Vice President Pengembangan Bisnis, Pemasaran dan Perencanaan Biomassa PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) Anita Puspita Sari, menyebut co-firing biomassa PLTU merupakan salah satu strategi demi mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025.

Co-firing biomassa PLTU juga selaras dengan akselerasi transisi energi, dalam upaya pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060.

PLN EPI sendiri adalah anak usaha PLN yang didirikan untuk memastikan ketersediaan pasokan energi primer seperti batu bara untuk PLTU PLN.

Anita menyebutkan, penerapan co-firing biomassa sangat kompetitif mengejar target dekarbonisasi dan reduksi emisi sebab memiliki Levelized Cost of Electricity (LCOE) terendah dibanding EBT lain seperti energi surya, air, angin, panas bumi.

Penerapan co-firing biomassa diestimasi berkontribusi 3,6 persen dari total target bauran EBT 23 persen 2025.

Sebagai informasi, hingga di akhir Desember 2023, PLN EPI telah berhasil menyediakan pasokan biomassa untuk co-firing PLTU hingga 1 juta ton. Dengan realisasi pemenuhan biomassa dari Januari terus tumbuh di rata rata per bulan 90.000 ton.

Saat ini, 43 PLTU PLN Grup telah menggunakan teknologi bahan bakar pendamping ini. PLN Grup akan terus meningkatkan porsi biomassa dan juga unit PLTU hingga 52 PLTU.

Lewat penggunaan biomassa sebagai co-firing PLTU telah mampu menurunkan emisi karbon hingga 1,6 juta ton CO2e yang telah dimulai sejak tahun 2021.

Diharapkan hingga 2025 atau dua tahun mendatang target dekarbonisasi sebesar 10 juta ton CO2e bisa tercapai.

Menggerakkan perekonomian warga

Manfaat co-firing biomassa PLTU tak hanya itu, namun juga bagi warga sekitar PLTU, terutama dalam rangka penciptaan lapangan kerja. Sehingga, operasional PLTU yang ada tak perlu dihentikan.

"Masyarakat lokal akan memainkan peran penting yakni penyediaan bahan baku biomassa. Ini akan membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan demikian, sesuai dengan prinsip ESG (environmental, social and government) yang PLN EPI jalankan," kata Anita.

Menurut dia, sejalan dengan komitmen pemerintah atasi perubahan iklim, maka kebutuhan biomassa PLN ke depan juga semakin besar. Total 10,2 juta ton dibutuhkan PLN hingga 2025.

"PLN membutuhkan 10,2 juta ton biomassa untuk menyediakan energi bersih sebesar 11,8 Terawatt hour (TWh) hingga 2025, atau meningkat 300 persen," tambah Anita.

Penerapan di Paiton

Di PLTU Paiton, penggunaan biomassa dilakukan di PLTU Paiton 1 dan 2. Memang batu bara tetap jadi bahan bakar utama PLTU Paiton. Namun dalam rangka upaya mengendalikan emisi, dilakukanlah pemanfaatan biomassa, yakni dengan memanfaatkan serbuk kayu (sawdust).

Penggunaan batu bara di PLTU Paiton 1 dan 2 sekitar 18.000 ton per hari. Sementara diversifikasi biomassa mencapai 30 persen, selain dari sawdust juga dari limbah padi, cocopeat, limbah uang kertas dan bahan bakar jumputan padat.

Hasil co-firing, PLTU Paiton bisa hemat batu bara 5 persen atau sekitar 328,5 ton per tahun. Sementara penambahan nilai ekonomi sawdust sebesar Rp 550.000 per ton, sementara penurunan emisi GRK yang dihasilkan mencapai 471.000 ton CO2 sejak 2019.

Butuh regulasi

Untuk penyediaan biomassa PLTU, PLN EPI akan agresif mengembangkan ekosistem biomassa dengan menggandeng komunitas lokal dan usaha mikro kecil (UMK) di sekitar sumber biomassa.

"Baru-baru ini kami bekerja sama dengan Kesultanan DI Yogyakarta mengembangkan Green Economy Village (GEV) untuk mendukung NZE 2060 berdasarkan keterlibatan masyarakat lokal," kata Perencana Strategis dan Analis Rantai Pasokan PLN EPI Akhmad Kunio Fadlullah Pratopo.

Dengan GEV, taraf hidup masyarakat lokal bakal meningkat, serta mengurangi emisi CO2 dari penyediaan pupuk organik dan biomassa untuk co-firing PLTU.

Namun Kunio menambahkan, butuh dukungan dari sisi regulasi untuk memasifkan pengadaan biomassa untuk co-firing di PLTU dan ekosistemnya. Sebab harga biomassa masih lebih mahal ketimbang batu bara.

"Pasokan biomassa sebagian besar harganya lebih tinggi ketimbang batu bara, padahal target co-firing biomassa PLN pada 2024-2025 tinggi. Ini adalah tantangan besar sehingga dukungan regulasi sangat diperlukan," tutup Kunio.

https://money.kompas.com/read/2023/12/28/211412226/memanen-listrik-dari-limbah-solusi-energi-bersih-masa-depan

Terkini Lainnya

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke