Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjajaki Kembali Kemungkinan Merger GoTo dan Grab

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan transportasi berbasis aplikasi terbesar di Asia Tenggara, Grab Holdings dan GoTo Group dikabarkan memulai perundingan kembali untuk membahas kemungkinan penggabungan atau merger.

Dikutip dari Business Times, Sabtu (9/2/2024), hal ini disebut sebagai salah satu langkah untuk mengakhiri kerugian yang telah dialami bertahun-tahun di dua perusahaan, akibat ketatnya persaingan bisnis.

Berbagai skema merger Grab dan GoTo tengah diutarakan untuk memungkinkan penggabungan terjadi.

Salah satu sumber mengatakan, opsi potensial adalah Grab yang berbasis di Singapura akan mengakuisisi GoTo menggunakan uang tunai, saham, atau kombinasi keduanya.

Setelah menjabat sebagai CEO GoTo tahun lalu, Patrick Walujo dikabarkan akan lebih terbuka pada berbagai kesepakatan.

Negosiasi ini masih bersifat pribadi. Namun, para pemegang saham utama kedua perusahaan mendukung kesepakatan tersebut dan mendorong perundingan berlanjut.

Opsi yang dijajaki oleh perusahaan-perusahaan tersebut juga mencakup pemisahan pasar utama. Grab menguasai basisnya di Singapura dan beberapa pasar lainnya, sementara GoTo tetap memegang kendali di Indonesia.

Sayangnya, valuasi tetap menjadi hambatan utama. Pasalnya, saham GoTo telah anjlok sekitar 30 persen dalam setahun terakhir.

Perwakilan GoTo menyebut tidak ada diskusi semacam itu. Sementara Grab menolak untuk berkomentar.

Pada dasarnya, tiap perusahaan memiliki puluhan juta pelanggan di segmen transportasinya. Merger dapat membantu perusahaan menaikkan tarif dan menemukan sinergi di pasar besar seperti di Indonesia. Pasalnya, persaingan terus menekan harga layanan jadi rendah.

Tak hanya itu, ukuran perusahaan yang lebih besar setelah adanya merger juga dapat membantu entitas gabungan menjadi lebih kuat dalam layanan dan margin yang lebih tinggi seperti pembayaran digital dan perbankan.

Kesepakatan Grab dan GoTo dapat bernilai sekitar 20 miliar dollar AS, atau setara Rp 321,22 triliun pada kurs Rp 15.611 per dollar AS. Hal tersebut tentu akan menghadapi pengawasan yang ketat dari regulator.

Merger tentu akan membuat dua perusahaan memiliki posisi dominan di beberapa pasar. Sebagai gambaran, Uber Technologies meninggalkan wilayah ini pada 2018 dengan imbalan kepemilikan saham di Grab.

Sementara, pesaing-pesaing yang lebih kecil belum memberikan pengaruh besar terhadap duopoli Grab dan GoTo di pasar-pasar utama mereka.

Baik Grab dan GoTo tersebut memandang kombinasi tersebut sebagai langkah besar menuju profitabilitas. Hal itu mengingat saham mereka yang tergerus di tengah meningkatnya kerugian.

Asal tahu saja, saham tiap-tiap perusahaan turun sekitar 70 persen sejak debut mereka beberapa tahun lalu.

Di sisi lain, persaingan antara Grab dan GoTo telah membuat harga bagi konsumen menjadi sangat rendah di negara-negara seperti Indonesia.

Di pasar terbesar di Asia Tenggara regulator juga secara aktif memastikan tarif terjangkau. Sebagai contoh, biaya naik skuter bisa kurang dari 1 dollar AS dan perjalanan dengan mobil tidak lebih mahal.

Hal ini memberikan tekanan pada perusahaan transportasi untuk memperluas layanan yang berdekatan seperti pengiriman dan pembayaran digital.

Sebagai informasi, Grab dan GoTo sempat mempertimbangkan potensi merger dalam beberapa tahun terakhir. Diskusi terbaru ini dimulai setelah GoTo melepaskan kendali unit e-commerce Tokopedia ke TikTok milik ByteDance Desember 2023 lalu.

Hal lain yang jadi tantangan dalam merger ini adalah masalah pengendalian perusahaan. CEO Grab Anthony Tan, yang memegang sekitar 60 persen hak suara di perusahaannya, telah menganjurkan untuk memimpin entitas gabungan mana pun.

Sedangkan Patrick Walujo membawa arah GoTo menuju profitabilitas dan meyakinkan investor soal masa depan GoTo.

Mitra pengelola pemegang saham Northstar Group telah menjadi katalis utama bagi para pesaing untuk berunding kali ini. Seperti telah diberitakan, mantan pemimpin dua bisnis utama GoTo yakni CEO Gojek Kevin Aluwi dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya telah mengundurkan diri.

Grab dan GoTo telah mengadakan pembicaraan berulang-ulang untuk menggabungkan keduanya tapi tidak membuahkan hasil di masa lalu, setelah bertahun-tahun persaingan sengit dalam layanan ride-hailing, pesan-antar makanan, dan teknologi keuangan.

Beberapa tahun yang lalu, keduanya mencapai kemajuan besar dalam mencapai kesepakatan, tetapi pembicaraan terhenti karena mereka berselisih mengenai cara mengelola pasar utama di Indonesia


https://money.kompas.com/read/2024/02/10/165657026/menjajaki-kembali-kemungkinan-merger-goto-dan-grab

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke