Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perempuan Kerap Alami Ketidakadilan di Tempat Kerja, Ini Sebabnya

Mengutip CNBC, rata-rata pekerja perempuan dibayar hanya 84 persen dari gaji laki-laki untuk pekerja penuh waktu dalam setahun. Secara keseluruhan termasuk pekerja perempuan paruh waktu, dan musimam gajinya hanya 78 persen dari gaji laki-laki.

Kesenjangan gaji terjadi pada perempuan kulit hitam, warga Latin, pengasuh, perempuan penyandang disabilitas, dan banyak lagi. Banyak hal yang menyebabkan kesenjangan gaji yang besar, seperti pilihan karier, hingga industri.

Bagi perusahaan, membayar perempuan secara adil adalah sebuah taruhan. Hal itu juga dinilai benar dan menjadi keharusan dalam bisnis. SurveyMonkey melalukan audit kesetaraan gaji untuk memastikan bahwa pemberi kerja mematuhi undang-undang kesetaraan gaji yang berlaku.

Tapi, ini hanyalah salah satu cara menjaga akuntabilitas dalam menciptakan tempat kerja di mana setiap orang merasa didukung dan dapat melakukan pekerjaan terbaik dalam hidup mereka. Namun upah yang setara untuk pekerjaan yang setara hanyalah permulaan.

Lalu, apa yang menyebabkan adanya kesenjangan gender dalam hal pekerjaan?

Kesenjangan fleksibilitas

Karyawan membutuhkan lebih dari sekedar gaji yang adil untuk mendorong mereka tetap bertahan dan melakukan pekerjaan dengan baik.

Perusahaan perlu memikirkan cara mengatasi kesenjangan struktural dan menciptakan lingkungan yang ramah serta mendorong inklusi dan kesetaraan.

Temuan baru menunjukkan bahwa fleksibilitas jadwal dan promosi menduduki urutan teratas dalam daftar tuntutan pekerja perempuan dari organisasi mereka.

“Data tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa fleksibilitas di tempat kerja bukan sekadar hal yang menyenangkan bagi pekerja perempuan, namun merupakan perbedaan antara memiliki atau tidak memiliki keseimbangan kehidupan kerja,” mengutip temuan SurveyMonkey.

Mencapai keseimbangan kehidupan kerja mungkin tampak seperti ide yang tidak masuk akal di dunia kerja modern yang serba cepat dan selalu terhubung.

Hal ini terutama berlaku bagi perempuan, yang seringkali memikul tanggung jawab pengasuhan di luar pekerjaan. Faktanya, perempuan dilaporkan lima hingga delapan kali lebih mungkin terkena dampak karier mereka karena kewajiban informal.

Data perempuan pekerja dalam setahun terakhir mencatat sebanyak 32 persen mengatakan mereka memiliki jadwal kerja yang tidak fleksibel. 32 persen lainnya mengatakan, mereka banyak komitmen pribadi dan keluarga.


Sementara itu, hampir setengahnya atau 49 persen mengatakan mereka mengalami peningkatan fleksibilitas. Jumlah tersebut dua kali lipat lebih besar dari jumlah responden yang menyatakan bahwa mereka akan beralih ke peran yang tidak terlalu menuntut yaitu 21 persen.

Tanpa keseimbangan kehidupan kerja, para pekerja berisiko mengalami kelelahan, penurunan produktivitas, penurunan kepuasan kerja, dan masih banyak lagi.

Studi tahun ini menemukan bahwa lebih dari separuh atau 52 persen pekerja perempuan melaporkan bahwa kesehatan mental mereka terganggu hingga mereka merasa kelelahan karena bekerja sepanjang waktu.

Tuntutan akan fleksibilitas bukan sekadar tren pandemi. Pekerjaan yang fleksibel juga menjadi perhatian utama para pencari kerja perempuan.

Dari responden perempuan yang saat ini tidak bekerja untuk mendapatkan upah dan sedang mencari pekerjaan, setengahnya atau 52 persen mengatakan kesulitan dalam mendapatkan peluang kerja jarak jauh atau hibrid adalah penyebab sulitnya mendapatkan pekerjaan.

Hal ini merupakan penyebab utama mengapa pemberi kerja tidak menelepon kembali 43 persen, dan sebanyak 32 persen menawarkan gaji yang rendah.

Sebagian besar pekerja berpengetahuan tiba-tiba diharuskan bekerja dari rumah pada tahun 2020, dan kini banyak dari mereka yang enggan kembali bekerja lebih dari 40 jam di kantor setiap minggu kerja.

Hal ini terutama berlaku bagi pekerja perempuan yang merawat orang tua lanjut usia, mengantar anak-anak mereka ke sekolah dan beraktivitas, atau memikul sebagian besar tanggung jawab rumah tangga.

Lalu, apa yang harus dilakukan pemberi kerja untuk memastikan kesetaraan gender tetap dapat dilakukan pada bisnisnya?

Studi SurveyMonkey menemukan bahwa menawarkan lebih banyak kesempatan untuk promosi dan jadwal yang lebih fleksibel merupakan hal utama yang dapat dilakukan pemberi kerja untuk membantu pekerja perempuan mencapai tujuan karir mereka.

“Penelitian ini juga menemukan bahwa 44 persen pekerja perempuan secara keseluruhan khawatir akan menghadapi tantangan karir karena benar-benar memanfaatkan pengaturan kerja yang fleksibel,” ujar penelitian tersebut.

SurveyMonkey menyebut bahwa temuan ini penting, jika perusahaan ingin menawarkan pekerjaan yang fleksibel dan proaktif dalam mengatasi permasalahan kesenjangan pekerja.

“Bias kedekatan, akses yang tidak adil terhadap peluang, dan miskomunikasi adalah isu-isu yang harus diatasi sejak awal,” lanjut penelitian itu.

https://money.kompas.com/read/2024/03/13/144358326/perempuan-kerap-alami-ketidakadilan-di-tempat-kerja-ini-sebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke