Ide menaikkan kelas jamu di mata masyarakat juga membuat Maria masih menggenggam angan memiliki kafe yang menyajikan minuman herbal. Kafe seperti ini bakal tersebar di berbagai lokasi di kota besar di Tanah Air, khususnya, untuk menjaring peminum jamu dari kalangan menengah ke atas. "Kami mesti menyajikan jamu yang tidak pahit rasanya, misalnya. Ini beda dengan kalangan bawah yang tidak terpengaruh oleh rasa pahit jamu," kata isteri Indrawan Tauhid ini.
Sementara itu, pasar jamu pada 2008 yang menyentuh angka Rp 3 triliun memang dekat dengan semangat modernisasi industri. Tapi, dalam pandangan Maria, semangat itu tidak meninggalkan realita bahwa industri jamu menyerap banyak tenaga kerja. "Saya belajar dari keluarga kalau bekerja jangan melulu memikirkan bisnis. Pikirkan juga tenaga kerja. Karena, perusahaan menjadi sumber penghasilan bagi banyak orang," ujarnya.
Berangkat dari situlah, Maria yang mengaku bangga berkecimpung di industri kesehatan ini, memilih untuk memilah-milah perubahan baru yang dijalankan di perusahaan, termasuk efisiensi biaya mulai dari produksi hingga distribusi. "Perubahan yang saya buat jangan sampai membuat para karyawan resah," kata Maria yang selalu memegang teguh prinsip menghormati seluruh karyawan.
Dalam hitungan Maria, ada sekitar 2.000 karyawan di pabrik saat ini. Jumlah itu belum termasuk para distributor, agen, hingga penjual jamu gendong yang banyak dijumpai. Oleh karena itu, mudik bersama dengan para penjual jamu dengan ratusan bus yang saat ini memasuki kali ke-19 sejak 1991 menjadi salah satu bentuk nyata tanggung jawab sosial perusahaan. "Saya senang karena acara itu menginspirasikan banyak perusahaan berbuat hal sama," ujarnya.
Sekarang, sudah delapan dari 13 orang generasi terkini, termasuk Maria, bekerja di grup SidoMuncul. Kedelapan orang ini memang sudah diberi cukup banyak kepercayaan mengelola perusahaan. "Penting bagi kami menjalin keterbukaan. Makanya, kalau ada apa-apa, kami meeting. Kita ngomongin apa aja," kata Maria yang berpandangan nilai kekeluargaan harus kuat untuk mencegah perpecahan dalam perusahaan keluarga.
"Sebuah perusahaan keluarga bisa pecah bukan karena uang. Kadang- kadang, pecahnya itu karena ada anggota keluarga yang merasa kurang dihargai," tutur sosok yang memilih mengambil spirit positif dari buku The Secret ini mewanti-wanti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.