Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadek Eka, Mendunia Lewat Lulur Wangi

Kompas.com - 20/01/2009, 10:16 WIB

Dulu, nenek membuat boreh dari campuran beras, jahe, cengkeh, diulek hingga menjadi pasta. Ini menginspirasi saya. Dengan bahan yang sama, tapi dimodifikasi dengan bengkuang, jadilah lulur scrub ala Bali Alus yang bisa memutihkan kulit. Jadi mulanya saya murni otodidak.

Tapi, setelah lulus kuliah dan fokus dengan Bali Alus, saya mulai mencari pengetahuan tambahan dengan belajar pada ahlinya. Saya sampai mendatangkan tenaga ahli dari Belanda. Beliau saya kontak lewat internet. Jauh-jauh datang ke Bali hanya untuk mengajari saya.

Produk seperti apa sih yang sebenarnya ingin Anda buat hingga mau repot-repot begitu?
Karena niat saya muncul dari melihat produk perawatan tubuh luar yang modern, maka dari awal saya sudah bertekad ingin membuat produk dengan konsep modern, tapi tetap terbuat dari bahan-bahan tradisional. Misalnya, aromaterapi untuk pengharum mobil, itu kan sesuatu yang moderen, tapi saya menggunakan rempah-rempah tradisional sebagai bahan dasarnya.

Saya juga berusaha semaksimal mungkin agar produk saya memenuhi standar kualitas produk kecantikan luar yang sudah mendunia. Tujuannya tentu supaya orang luar juga mau pakai produk saya. Target saya bukan cuma pasar Indonesia.

Anda begitu optimis. Apa pasar untuk produk perawatan tubuh memang menjanjikan?
Menurut saya, pasar untuk produk yang berhubungan dengan kecantikan selalu menjanjikan. Karena di belahan dunia mana pun, kaum perempuannya selalu butuh merawat kecantikannya. Bahkan, sekarang sasaran produk kecantikan termasuk di dalamnya produk perawatan tubuh bukan cuma perempuan, tapi juga laki-laki. Karena laki-laki jaman sekarang kan banyak yang sadar penampilan.

Saya juga optimis mengembangkan usaha ini karena melihat sekitar saya. Di Bali ada banyak sekali hotel dan tempat peristirahatan yang menyediakan fasilitas spa dan perawatan tubuh. Jadi, enggak usah jauh-jauh dulu, cukup menawarkan produk saya ke berbagai hotel dan spa yang ada di Bali.

Itu yang Anda lakukan dalam memperkenalkan produk Anda pertama kali?
Ya. Saya sadar, kalau langsung dijual, siapa yang mau beli? Selain itu, dana dan tenaga yang saya miliki sangat terbatas. Saya harus memilih, mau fokus pada pembuatan dan pengembangan produk atau pemasaran dan pengembangan brand.

Saya memilih yang pertama. Makanya saya pilih model pemasaran yang simpel. Saya datangi hotel-hotel, salon, serta spa di seputar Bali, saya tawarkan mereka untuk memakai produk lulur scrub saya. Tentu saja gratis. Ini saya maksudkan juga sebagai uji coba, apakah konsumen menyukai produk saya.

Bagaimana sambutan awal?
Sangat bagus. Hampir semua hotel dan spa yang saya berikan sampel produk mengaku konsumennya puas. Tapi sambutan memuaskan ini enggak langsung bisa dirasakan begitu sampel saya bagikan lho. Butuh waktu sampai mereka berani mencoba memakai produk saya. Harus saya rayu dulu. Ini wajar, kulit manusia kan sensitif. Salah-salah, produk baru bisa membuat iritasi atau alergi.

Selanjutnya?
Selanjutnya hotel-hotel tersebut mau terus memakai produk saya. Tapi satu kekurangannya, mereka mau pakai produk kami, tapi tanpa label Bali Alus. Rata-rata Hotel kan menempelkan label mereka sendiri di semua produk yang disediakannya. Dan seiring berjalannya waktu, hotel-hotel itu tidak lagi membeli langsung pada saya. Melainkan lewat supplier.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com