Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Martini, Dengan Rp 250.000 Raup Euro dan Dollar AS

Kompas.com - 04/05/2009, 08:13 WIB

Berkat kegigihannya memenuhi tenggat waktu, order buat Martini pun meningkat. Nilainya mencapai ratusan juta rupiah. Padahal, Martini tidak punya sumber tambahan untuk modal. Alhasil, kalau terlalu banyak order, ia melemparnya ke pengusaha lain.

Bisnis Martini berkembang pesat tahun 2003, setelah ia ikut pameran. Ia mendirikan agen di Jakarta dan memasok beberapa toko di Bali. Masa kejayaan bisnis Martini sudah berasa sejak tahun 2005.

Malang tak dapat ditolak. Tahun 2006, Yogyakarta diguncang gempa, demikian pula dengan Martini Natural. Rumah produksinya di Bantul luluh lantak, sehingga tidak dapat beroperasi. Ia terpaksa membatalkan beberapa pesanan akibat beragam masalah. Pembayaran dari para pembeli pun seret. “Ada pelanggan yang berutang sampai Rp 400 juta,” kata dia. Bisa diduga, aliran kas bisnis Martini terganggu.

Kendati demikian, Martini tidak menyerah. Kali ini ia mencoba mendapatkan pinjaman dari bank. Bermodal tanah 3.000 meter, dia mengajukan kredit. “Tapi, saya hanya mendapat pinjaman Rp 70 juta, sementara modal yang saya perlukan Rp 600 juta,” ujar dia.

Martini pun jalan terus. Sampai suatu kali ia ikut pendidikan kerajinan di Jawa Timur. Rekan-rekan sesama pendidikan tersebut menganjurkan agar Martini menghubungi Bahana Artha Ventura. Alhasil, setelah kembali ke Jogja, ia pun menghubungi Sarana Yogya Ventura.

Pucuk dicita ulam tiba. Sarana Yogya mengambil alih kredit Martini di bank. Mereka juga memberikan suntikan kredit Rp 50 juta. Martini menggunakan seluruh modal tersebut untuk mengerjakan order yang ada. “Order selesai, kemudian usaha saya stabil lagi secara bertahap,” tutur dia.

Dari Sarana Yogya, Martini tidak hanya mendapatkan bantuan dana. Ia juga memperoleh konsultasi usaha gratis, di antaranya bimbingan untuk bertransaksi dengan pihak ketiga dan keterampilan menggunakan internet. “Kebutuhan usaha saya selalu direspons,” kata Martini yang pernah mendapatkan penghargaan UKM Terbaik III dari Dji Sam Soe Award ini.

Belakangan, batas geografis wilayah Yogyakarta ternyata tidak bisa membendung anyaman Martini. Hasil kerajinannya dibawa agen untuk diekspor. “Sejumlah 95 persen pasar Martini Natural adalah untuk ekspor, misalnya ke Prancis dan Italia,” ujar Hari. Untuk pasar lokal, Martini mendirikan gerai di Magelang dan Jakarta.

Merangkak dari PRT dan pedagang sayur

BISA DIDUGA, Martini tidak pernah menduga akan menjadi wanita pengusaha yang sukses seperti sekarang. Maklum saja, orangtua Martini dulu bercita-cita agar anaknya ini menjadi guru. Maka, mereka memasukkan Martini ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com