Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Survei YLKI Dipertanyakan Pejabat

Kompas.com - 01/07/2010, 16:17 WIB

Dari hasil survei tersebut menunjukkan, 90 persen dari responden sudah tidak menggunakan tabung Elpiji tiga kg yang dikonversi, setelah munculnya berbagai kasus ledakan dan korban jiwa di tanah air.

Tidak hanya korban jiwa, akibat dari adanya kesalahan dalam pemakaian tabung tiga kg itu juga telah menimbulkan kerugian material dalam jumlah yang cukup besar.

Bahkan, kata Armaya, tiga desa di Kabupaten Buleleng, yaitu Desa Pedau, Tigawasa dan Sidatapa, Kecamatan Banjar, ramai-ramai telah mdenjual tabung gas Elpiji 3 kg yang sempat diperolehnya.

"Banyak warga di tiga desa itu yang telah menjual tabungnya secara murah, kemudian beralih ke kayu bakar, dengan alasan demi keamanan, takut meledak dan sebagainya," ujar Armaya, geram.

Menurut dia, sejak mendapatkan konversi tabung tersebut, warga di daerah itu mengaku tidak pernah mendapat penjelasan yang memadai tentang tata cara penggunaan barang yang baru diperolehnya itu.

Armaya yang juga aktivis pada organisasi kepemudaan di Bali itu menyebutkan, untuk warga Denpasar dan Badung, rata-rata sebanyak 80 persen tidak mau menggunakan tabung elpiji dengan alasan yang sama.

Perbedaannya, mereka tidak mau beralih ke kayu bakar, tetapi dengan menggunakan kompor minyak tanah.

"Tentunya dengan minyak tanah non-subsidi yang harganya mulai dari Rp 7 ribu hingga Rp 9 ribu per liter," katanya.

Selain itu, sebagian kecil konsumen terungkap berlalih ke tabung gas 12 kg dengan harga non-subsidi.

"Rata-rata konsumen yang ada di Denpasar dan Badung mengaku tidak menjual tabungnya, tetapi mereka tidak mau pakai lagi dengan alasan keamanan. Sedangkan masalah sosialisasi, alasannya sama dengan yang di Buleleng, yakni tidak ada penjelasan detail dari yang berwenang," ujarnya.

Sementara di Denpasar dan Badung maupun yang ada di Buleleng, sebanyak 97 persen sama-sama mengaku tidak tahu tentang karet pengaman, selang, regulator bahkan tabung yang memenuhi SNI.

"Banyak juga ditemukan tabung palsu dan mereka sudah melaporkan ke desa atau kelurahan, tetapi tidak mengetahui akses selanjutnya untuk meneruskan temuan tersebut. Sosialisasi masih sangat minim," kata Armaya menjelaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com