Untuk mencapai target itu, Kementerian Perindustrian membuat kerangka pembangunan industri nasional. Kerangka itu yang akan menjadi acuan untuk membangkitkan industri agar siap menghadapi perdagangan bebas dan ASEAN Economic Community.
Agar siap menghadapi itu semua, menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton Supit, peningkatan daya saing menjadi kunci utama. ”Leadership, mulai dari presiden hingga pejabat pemerintah lainnya, yang mau mengenakan produk dalam negeri juga tidak boleh diabaikan,” ujar Anton.
Di sisi lain, kata Staf Khusus Menperin Benny Soetrisno, peran perbankan harus juga diperhatikan. Tingginya suku bunga kredit investasi, kredit modal kerja, bahkan kredit usaha rakyat (KUR) menjadi penghalang pertumbuhan industri. ”Harus dicari terobosan,” kata Benny.
SDM dan industri
Sementara untuk menyelesaikan persoalan tenaga kerja, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah memperhitungkan dalam peta jalan (roadmap) investasi.
Menurut BKPM, masalah sumber daya manusia harus diselesaikan dengan membangun infrastruktur nonfisik, yakni pendidikan dan kesehatan.
BKPM mencontohkan, di India setiap tahun dihasilkan 1 juta sarjana teknik dan 500.000 dokter. Sementara di Indonesia, dalam 30 tahun terakhir hanya menghasilkan 5.000 lulusan pascasarjana.
”Kalau tidak ada bantuan infrastruktur pendidikan, sebaiknya kita lupakan pembangunan. Lebih baik menjadi pedagang di Pasar Tanah Abang saja. Kita tidak akan bisa melakukan industrialisasi kalau tidak investasi pada hal-hal mendasar ini untuk 10-20 tahun ke depan,” ujar Gita Wirjawan dalam pertemuan dengan Apindo, pertengahan bulan ini.
Berkembangnya industrialisasi juga bisa dilihat dari kebutuhan akan listrik. Di Indonesia, saat ini konsumsi listrik per kapita per tahun hanya 565 kWh, sedangkan China 1.600 kWh, Malaysia 3.100 kWh, dan Singapura 8.000 kWh.
”Untuk naik mengimbangi China, kita harus membangun 3.000 megawatt per tahun selama 25 tahun. Kita empot-empotan membangun pembangkit listrik 3.000 megawatt per tahun, padahal China membangun 7.000 megawatt per tahun dan India 12.000-15.000 megawatt per tahun,” kata Gita.