Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Ubah Dunia, Ubahlah Diri Sendiri

Kompas.com - 22/02/2011, 10:38 WIB

Riset pasar

Setelah kendala modal terselesaikan, muncul lagi tantangan berikutnya. Bagaimana menggunakan modal seadanya ini agar tepat guna. "Saya membaca pesaing, yakni salon yang sudah ada saat itu. Uang saya sedikit, jadi harus bisa menggunakannya dengan baik agar tak terpakai untuk hal yang aneh-aneh," tuturnya sederhana. Kunci sukses Martha dalam memulai bisnisnya adalah mencipta konsep bisnis yang unik dan berbeda. "Yang berbeda itu yang laku," kata lulusan Jurusan Sejarah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta tahun 1963 ini.

Alhasil, dengan dana terbatas namun dikuatkan oleh riset, Martha Salon berdiri di Jalan Dr Kusumaatmaja Jakarta. "Yang saya lakukan adalah membeli hot and cold water, air conditioner dan generator. Meski salon hanya berukuran 4 x 6 meter di garasi rumah, tetapi saya memiliki konsep yang berbeda. Furnitur saat itu menggunakan bambu, karena saya tidak punya cukup uang," kisah Martha.

Meski berukuran mini, Martha Salon hadir berbeda di zamannya. Di era 70-an hanya salon berkelas di Hotel Indonesia yang dilengkapi perlengkapan mewah seperti pendingin ruangan. Bahkan, sejumlah salon ternama di zaman itu tak punya fasilitas yang bikin suasana nyaman. Tak heran jika semakin banyak pelanggan yang kebanyakan adalah para ibu duta besar yang betah berlama-lama di Salon Martha.

Melestarikan kearifan lokal

"Local Wisdom Go Global" menjadi misi Martha Tilaar Group yang terilhami dari petuah leluhur. "Eyang adalah mahaguru bagi saya. Beliau bilang jika ingin berusaha dan menggunakan tanaman, maka harus menanam kembali. Jika ingin sukses bisnis maka harus berbagi. "Tri Hita Karana", juga harus diterapkan. Bahwa hubungan harus harmonis antara manusia dengan pencipta, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan," tutur Martha, menambahkan sejak awal berdirinya perusahaan, kearifan lokal konsisten dijalankan.

Produk kosmetika maupun perawatan tubuh dan spa yang dihasilkan dari pabrik Martha Tilaar Group punya pertanggungjawaban terhadap konsumen. "Riset dan pengembangan produk selalu memerhatikan lingkungan. Gerakan menaman kembali dijalankan melalui Kampoeng Djamoe, yang juga menjadi wadah melatih petani secara gratis, dan pusat tanaman organik," katanya.

Empat pilar Martha Tilaar Group, Beauty Education, Beauty Culture, Beauty Green, Empowering Women adalah juga penerjemahan dari konsep berbagi dan keseimbangan yang melandasi bisnis kecantikan ini. "Sejak awal saya ingin melestarikan budaya, kekayaan alam, untuk mempercantik perempuan Indonesia lahir dan batin," kata Martha yang menilai pelestarian kearifan lokal sebagai kunci keberhasilan bisnis kecantikan miliknya.

Meski mengaku masih mengimpor bahan baku kosmetik dekoratif, Martha juga mengandalkan riset dan pengembangan produk dari bahan baku lokal. Produk skin care, body care spa, hair care berasal dari bahan baku lokal, katanya. Seperti ekstrak beras untuk menciptakan produk perawatan rambut, atau buah langsat untuk produk pemutihan kulit.

Belajar dari "dukun" juga dilakoni Martha untuk melestarikan produk lokal. "Saya melakukan riset dengan mendatangi dukun untuk menyalin resep tradisional yang mereka gunakan, seperti jamu yang bisa diberikan kepada perempuan usai persalinan. Orang menganggap saya mistik, namun saya lebih melihatnya sebagai riset untuk menggali kekayaan budaya bangsa. Suami saya mendukung penuh riset yang saya lakukan. Katanya, jika satu dukun meninggal, satu perpustakaan terbakar," tutur Martha yang bersuamikan profesor pendidikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com