Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukhoi Mencari Posisi

Kompas.com - 25/05/2012, 11:15 WIB

Apalagi, Indonesia memiliki 570 bandar udara besar dan kecil hingga akhir 2011. Tidak semua bandar udara itu bisa dihubungkan dengan pesawat besar berkapasitas di atas 100 kursi atau pesawat kecil. Atas dasar itu, kebutuhan atas pesawat berkursi 90-100 meningkat.

Sky memilih Sukhoi karena mampu lepas landas di landasan pendek, teknologi terbaru di kelasnya, dan harganya terjangkau. Sky berencana menghubungkan pulau-pulau kecil seperti Batam-Matak, Batam-Karimun, Batam-Tanjungpinang dengan Jakarta. Sekitar 70 rute yang ada sekarang bisa diperkuat dengan armada Sukhoi. Beberapa rute, seperti dari Natuna, bisa membutuhkan waktu 10-12 jam ke Jakarta, bahkan pada saat cuaca buruk malah bisa terhenti.

”Kecelakaan Sukhoi tidak membuat permintaan penerbangan menurun. Kami malah dibanjiri pesanan. Bukan hanya sewa tahunan dari perusahaan minyak, tetapi juga sewa di lokasi wisata,” tutur Sutito.

Menurut Direktur Utama PT Catur Dayaprima Dirgantara Indra S Djani, konsultan pemasaran pesawat SSJ 100 PT Trimarga Rekatama, selain Kartika Airlines, Sky Aviation, dan Queen Air; Mandala Airlines dan Batavia Air juga sudah menjajaki untuk membeli SSJ 100.

”Mandala dan Batavia menilai harga SSJ 100 memang berbeda dengan jenis pesawat yang serupa seperti Bombardier atau CRJ 190 (Kanada) dan Embraer (Brasil) yang harganya dua kali lipatnya,” ujar Indra, Selasa (15/5/2012), di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Seperti Kartika Airlines dan Sky Aviation, Queen Air juga berminat membeli SSJ 100 sebanyak enam unit.

Menurut Indra, SSJ 100 dipilih karena modern dan canggih, ekonomis dari sisi bahan bakar, serta hemat 8 persen dari sisi biaya operasional dan biaya pemeliharaan. Harga pesawatnya berkisar 32 juta-34 juta dollar AS (sekitar Rp 296 miliar-Rp 314 miliar), bergantung pada isi dan konfigurasi pesawat yang dikehendaki.

Di Indonesia ada ceruk pasar yang membutuhkan pesawat lebih ramping untuk jarak sedang, tetapi tetap menggunakan mesin jet dengan kabin yang lebih lebar dan mewah. Ini lebih dipilih daripada menggunakan pesawat besar, tetapi jumlah penumpang hanya 70-80 persennya. ”Lebih baik memilih SSJ 100, penumpang terisi semua,” ujar Indra.

Primadona lain

Namun, Sukhoi bukan satu-satunya primadona karena pilihan Garuda Airways jatuh ke Bombardier seri CRJ1000 NextGen. EVP Maintenance and Fleet Management Garuda Indonesia Batara Silaban mengatakan, dalam hal pembelian pesawat, Garuda selalu berhubungan langsung dengan manufaktur.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com