Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IGJ: Ekonomi Indonesia Ditopang Sumber Berbahaya

Kompas.com - 19/06/2012, 09:54 WIB
Dimasyq Ozal

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Indonesia for Global Justice (IGJ) mengemukakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir menunjukan pertumbuhan. Namun di satu sisi, kesejahteraan rakyat malah merosot. Ini disebabkan, Indonesia ditopang oleh sumber-sumber berbahaya.

"Kalau saya lihat perekonomian Indonesia sejak era reformasi, khususnya pemerintah SBY, saya menilai faktor pertumbuhan Indonesia ditopang oleh sumber sumber berbahaya," ujar Salamududdi, Jakarta, Senin ( 18/6/2012 )

Ia menjelas terdapat empat faktor sumber berbahaya yang  turut menopang pertumbuhan Indonesia.

Pertama, pertumbuhan Indonesia digerakan oleh utang luar negeri yang nilainya semakin tinggi. "Utang selanjutnya, jadi sumber pendapatan utama pemerintah yang kemudian jadi faktor pertumbuhan ekonomi," tuturnya.

Kedua, pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan nilai konsumsi masyarakat Indonesia. Hal ini, lanjut Salamuddin, disebabkan tingginya konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan impor dan konsumsi menggunakan kartu kredit.

Ketiga, pertumbuhan ekonomi didorong oleh investasi luar negeri di berbagai sektor. Hal ini berakibat pada penguasaan sumber daya alam, keuangan, dan perbankan yang dimiliki oleh modal dan pihak asing.

Terakhir, pertumbuhan ekonomi didorong oleh ekspor bahan mentah yang tidak memberikan nilai tambah pada negera pengekspor. Salamuddin menlai pemerintah gagal dalam membangun infrastruktur pengolahan bahan mentah tambang.

Menyoal ekspor bahan tambang mentah, Staf Ahli Kemenko Perekonomian bidang persaingan usaha Supriyadi juga menyadari, perkembangan industri pertambangan hulu saat ini lebih memang besar ketimbang hilirnya. Artinya, Indonesia lebih banyak mengekspor bahan tambang mentah ketimbang bahan olahannya. "Nilai tambah barang tambang ekspor itu, malah dinikmati oleh negara buyer, " kata Supriyadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com