Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemitraan untuk Jaga Pertumbuhan

Kompas.com - 25/03/2013, 03:38 WIB

Mereka pemasok utama kami, ada yang memasok bahan baku makanan, kemasan, dan juga bahan kimia. Menurut kami, jika mereka berinvestasi di Indonesia maka jaminan ketersediaan bahan baku untuk pabrik kami selalu ada. Selain itu, kami akan menghemat banyak biaya, dan akan berdampak pada daya saing produk kami.

Kira-kira seberapa besar biaya yang dihemat?

Saya belum tahu berapa yang akan dihemat, tentu akan sangat banyak. Misalnya saja untuk kemasan botol yang selalu kami impor dari Filipina. Biaya pengiriman kemasan ini dari Filipina ke Indonesia sangat mahal. Namun sekali lagi, kami tidak menargetkan berapa besar yang bisa kami hemat, tetapi lebih pada menjaga pertumbuhan kami. Jika pasokan lancar, kerja kami pun lancar.

Bukankah banyak tantangan investasi di Indonesia?

Betul memang masih banyak kendalanya. Kami juga banyak ditanya, ketika investor menanamkan modalnya di China, India, atau Brasil, kenapa kami justru mengajak mereka berinvestasi di Indonesia. Semua tantangan itu kami beberkan kepada para investor.

Kami undang Pak Chatib Basri, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, untuk menjelaskan apa saja yang mungkin menjadi tantangan dan kendala yang ada.

Ada infrastruktur yang belum baik. Ada juga proses birokrasi dalam pemerintahan yang sangat lama. Belum lagi proses kepabeanan yang menyita waktu berhari-hari. Namun dari semua kesulitan yang akan dihadapi, kami juga beberkan peluang-peluang besar di Indonesia.

Misalnya, pasar domestik Indonesia yang sangat besar. Saat ini populasi kelas menengah Indonesia masih sangat muda, tingkat konsumsi pun masih sedikit. Potensi konsumsi ini diyakini akan meningkat menjadi sangat besar di masa depan.

Di sisi lain, Unilever Indonesia juga mengekspor produknya ke 31 negara lain di dunia. Kedua pasar ini, domestik dan dunia, jika disatukan, tentu akan menjadi pasar yang besar.

Kami juga melihat manufaktur di Indonesia juga sudah bagus. Namun, ada beberapa teknologi yang belum dimiliki sehingga membuat kami harus mengimpor dari luar. Jika para investor ini masuk ke Indonesia dan membawa teknologinya ke sini, tentu akan terjadi alih teknologi dan akan menguntungkan Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com