Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waralaba Angkringan "Lik No", untuk Mereka yang Rindu Yogya

Kompas.com - 08/09/2013, 15:26 WIB
Estu Suryowati

Penulis

Selain maksud "mengingatkan" rupanya ada hal penting sehingga Rio memilih "Lik No" sebagai brand bisnis angkringannya. Ayah Rio bernama Sunarno, sementara ibunya bernama Retno.

"Jadi, sepupu saya itu manggilnya Lik No, Lik No," tuturnya. Angkringan, yang dalam bahasa Jawa berarti duduk bersantai, menjadi tempat berkumpul tanpa strata, tanpa batas kelas sosial ekonomi.

Di situ, lanjut Rio, pembeli bisa berasik masyuk ngobrol, mulai dari masalah rumah tangga, ekonomi, politik, pekerjaan, sampai pelajaran bagi yang masih kuliah.

Rio pun bercerita pengalaman pertamanya saat membuka gerobak ketika Sabtu sore pada 2011. Pelanggan pertamanya adalah orang China, yang turun dari mobil CRV. "Bahwa artinya tidak ada strata di angkringan, kalau ditanya segmen, semua orang segmen kita," ujarnya.

Tak Muluk-muluk, bisnis angkringan Rio kini berbentuk franchise. Mitra bisnis bisa mengawali usahanya dengan start up sebesar Rp 15 juta. Namun, dalam pameran franchise di JCC, Rio memberikan potongan Rp 5 juta.

Dari analisis bisnisnya, diperkirakan mitra bisa mencapai break event point (BEP) pada bulan keenam hingga ke delapan. "Kita ajarkan mitra enggak muluk-muluk. Kita target omzet minimal Rp 300.000 per hari. Kalau masak sendiri, nett bisa Rp 1,5-Rp 2,5 juta," aku Rio.

Meski menyediakan masakan jadi (kecuali nasi dan gorengan) untuk wilayah Jakarta, Rio selalu menekankan agar mitra bisa memasak sendiri. Adapun fasilitas yang didapatkan mitra dengan modal awal Rp 15 juta itu antara lain, gerobak dan perlengkapannya, media promosi, training, standar operasi perusahaan, serta pendampingan.

Untuk menjaga standar rasa agar seragam, franchise Rio menyediakan bahan baku berupa bumbu inti. Ada tiga bumbu inti yang bisa dibeli mitra, yakni bumbu bacem, bumbu bacem pedas, serta sambal.

Mitra usaha juga diperkenankan menambah menu sesuai dengan tema dan konsep angkringan, tetapi tidak boleh menambah menu yang sangat jauh berbeda dari gaya angkringan seperti, sebut Rio, kebab, dan bubble drink.

"Lokasi usaha, saya sarankan, dan gerobak saya sendiri juga menyewa, di depan bengkel motor, karena hanya buka siang, atau bisa juga di depan toko material, kantor notaris, atau toko-toko lain yang hanya buka siang hari. Perkiraan sewa Rp 500.000 per bulan," terang Rio.

"Akan lebih murah lagi di tempat khusus PKL, paling cuma bayar retribusi per bulan Rp 200.000," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com