Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Melakukan Perubahan dengan Cara Sederhana

Kompas.com - 11/10/2013, 10:46 WIB
                                                           Rhenald Kasali
                                                        (@Rhenald_Kasali)

JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak orang berpikir muluk-muluk untuk melakukan perubahan. Faktanya, hanya orang-orang yang sederhana atau mampu menyederhanakan pikirannya sajalah yang mampu melakukan perubahan.

Celakanya, menyederhanakan pikiran itu butuh kerja keras dan tak semua orang pandai bisa melakukannya. Kalimat itu pernah diucapkan oleh Albert Einstein.

Di puncak kawah Gunung Kelimutu, saya bertemu dengan aktivis penggerak kelompok-kelompok tani dari Flores yang minggu ini mendapat penghargaan Kusala dari Yayasan Bina Swadaya. Sebagai ketua dewan juri, saya tentu tertarik menelisik sekaligus menularkan spirit perubahan orang-orang sederhana ini.

Sementara itu, dari Pulau Adonara (NTT), saya bertemu seorang wirausaha sosial yang tak kalah canggih. Dia adalah Kamilus Tupen. Dia bukanlah seorang sarjana atau calon sarjana seperti Anda. Ia hanya warga biasa yang sama-sama kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Pulau Adonara dulu banyak dikenal sebagai kampung kematian karena tradisi perang suku. Saat kami masuk kampung, yang terdengar hanya dentuman orang menumbuk jagung titi, makanan khas Adonara.

Sepulang dari Malaysia, Kamilus, mantan TKI ini, segera mewujudkan mimpinya, yaitu mendirikan kelompok tani dan berhasil mewujudkan desanya menjadi desa produktif. Bisakah?

Problem Indonesia bagian timur

Kalau Anda pernah menangani proyek di NTT, Maluku, dan Papua, saya kira Anda paham yang saya maksud. Kita sama-sama kesulitan mencari tenaga-tenaga terampil yang siap bekerja untuk menjadi tukang dan pelayan dengan disiplin dan waktu yang sudah ditetapkan.

Pengusaha atau manajer proyek yang sudah terikat kontrak biasanya kehabisan akal, lalu  mendatangkan buruh dari Pulau Jawa. Maklum, di Jawa kita punya bonus demografi yang lebih baik. Sementara makin ke timur, orang belum terbiasa bekerja dengan ketahanan yang tinggi, tahan berbulan-bulan untuk melakukan hal yang sama dalam waktu 8-10 jam sehari.

Di Indonesia bagian timur, alamnya memang berbeda dari Indonesia bagian barat. Udaranya panas, biaya hidup tinggi, dan sejarahnya berbeda. Di beberapa provinsi, tak sedikit tenaga kerja datang dari kelompok masyarakat adat yang masih disibukkan dengan tradisi guyub dan  perambah hutan.

Jelas kondisi ini menjadi masalah besar bagi sebuah industri, pembangunan infrastruktur, serta pertanian skala besar.

Kamilus Tupen menyadari itu. Di kampungnya, ada begitu banyak ladang pertanian yang kosong beserta masyarakat yang miskin dan rumah-rumah yang dibangun seadanya karena tak punya cukup uang. Padahal, mereka punya banyak tenaga kerja yang menganggur.

Tradisi gotong royong

Melihat kondisi yang memprihatinkan itu, Kamilus Tupen punya inisiatif menolong masyarakatnya. Di sana, masyarakat memiliki tradisi gotong royong atau gemoheng yang cukup kuat. Tradisi itu ia adopsi, digabungkan dengan kelompok tani yang ia namakan Lewowerang. 

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Pasar Kripto 'Sideways', Simak Tips 'Trading' untuk Pemula

Pasar Kripto "Sideways", Simak Tips "Trading" untuk Pemula

Earn Smart
Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Whats New
Harga Emas Terbaru 10 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 10 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 10 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 10 Mei 2024

Spend Smart
Gandeng BUMDes, Anak Usaha SMGR Kembangkan Program Pengelolaan Sampah

Gandeng BUMDes, Anak Usaha SMGR Kembangkan Program Pengelolaan Sampah

Whats New
Daftar 27 Bandara Baru yang Dibangun Selama Pemerintahan Presiden Jokowi

Daftar 27 Bandara Baru yang Dibangun Selama Pemerintahan Presiden Jokowi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 10 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 10 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
Ini Program Pertagas yang Dinilai Dapat Menggerakkan Perekonomian Masyarakat Desa

Ini Program Pertagas yang Dinilai Dapat Menggerakkan Perekonomian Masyarakat Desa

Whats New
Kenaikan BI Rate Jadi 6,25 Persen Tidak Perlu Dikhawatirkan

Kenaikan BI Rate Jadi 6,25 Persen Tidak Perlu Dikhawatirkan

Whats New
6 Instrumen Keuangan yang Cocok untuk Membangun Dana Darurat

6 Instrumen Keuangan yang Cocok untuk Membangun Dana Darurat

Spend Smart
Gelar RUPST, PT Timah Umumkan Susunan Direksi Baru

Gelar RUPST, PT Timah Umumkan Susunan Direksi Baru

Whats New
[POPULER MONEY] Usai Tutup Pabrik, Bata Akan Lakukan Usaha Ini | Temuan Ombudsman soal Dana Nasabah di BTN Raib

[POPULER MONEY] Usai Tutup Pabrik, Bata Akan Lakukan Usaha Ini | Temuan Ombudsman soal Dana Nasabah di BTN Raib

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com