Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Pengaruhi Properti

Kompas.com - 10/10/2014, 02:24 WIB

Melemahnya rupiah menyebabkan harga material properti mengalami kenaikan. ”Kondisi rupiah yang tidak menentu dirasakan dalam jangka panjang,” ujar Ali.

Menurut Ali, para pengembang ataupun pengelola properti menengah atas akan terkena dampak yang paling signifikan akibat melemahnya nilai tukar rupiah.

Alasannya, bahan material di sektor properti menengah atas menggunakan bahan material dengan content impor. ”Content impornya itu bisa 20-30 persen, dan jika kenaikan harga bahan material tersebut terjadi, dampaknya akan dirasakan dengan turunnya penjualan,” ujar Ali.

Namun, dampak pelemahan rupiah di sektor properti untuk kalangan kelas menengah belum terlalu dirasakan. Sebab, selama ini harga properti di kelas tersebut sangat bergantung pada kondisi daya beli masyarakat.

Pelemahan kurs rupiah saat ini terjadi di tengah masa transisi pemerintahan. Berbagai pihak mengharapkan agar pemerintahan baru Joko Widodo-Jusuf Kalla bisa bekerja sama secara positif dengan Bank Indonesia untuk menstabilkan rupiah.

Para pengusaha menunggu langkah pemerintah baru dalam mengatasi gejolak rupiah agar tidak merembes kepada krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Secara keseluruhan kondisi properti Indonesia masih akan terus tumbuh. Namun, tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia akan properti seharusnya tidak membuat pengembang ataupun pengelola merasa panik.

Kalau kita lihat siklusnya, pertumbuhan properti di Indonesia tetap naik walaupun akhir-akhir ini agak melambat. Kenaikan harga properti yang signifikan akan berdampak pada menurunnya penjualan properti segmen menengah atas.

Namun, hal tersebut sesuai dengan keinginan Bank Indonesia yang ingin mengerem laju pertumbuhan kredit properti pada segmen tersebut. Segmen perumahan diyakini tidak akan terganggu karena permintaannya masih tinggi. Kondisi rupiah yang masih fluktuatif harus disiasati oleh pengembang dengan masuk pada segmen yang selektif.

Pengembang harus fokus pada properti yang permintaannya masih tinggi. Kondisi rupiah yang turun terus masih akan lama baliknya, karena hingga awal tahun depan diprediksi masih di atas Rp 11.000 per dolar AS. Ini bukan faktor moneter lagi, tetapi struktural. Selain karena defisit neraca berjalan, keluarnya dana asing juga menjadi pemicu pelemahan rupiah. ()

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com